Informations about all

Pages

Sabtu, 10 September 2011

Tergoda Sahabat Suamiku

Sebut saja nama ku Tyas, wanita umur 30 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah. Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku.

Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.
Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang.

Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.

Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung bercinta.

Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja.

Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku.

Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum�at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.

Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .

�Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!�, canda Bram

�Ah bisa aja kamu Bram�,balasku tersipu.

Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.

�Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi�,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan. �Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!�,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.

Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke selangkanganku. �Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..�,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan �Maaf Tyas..kamu sungguh cantik malam ini.� Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya�, �Tyas aku ingin mengembalikan ini�� katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?�Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon�, erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam.

�Ahhhh?Braam..kau..:� Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang �Ahhh?..� ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku �Ahhh..hmmfff?� aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku.

�Maaf Tyas aku tak kuasa menahan nafsuku..�bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.

Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk berangkat ke kantor. Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya, �Bram..kenapa kau ada di sini?� tanyaku, �Tenang Tyas suamimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya�, aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam �Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali��pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetapi tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? �Arrgghh..� erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembai tubuh mulusku..�Kau sangat cantik dan seksi Tyas..ahh� bisiknya ditelingaku.

Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku �Ahhh..� aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam, �Nikmati sayang?�demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, �Kau hebat Tyas..aku cinta kau..AAHHH..HHH� dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.

Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta yang kudapatkan adalah bentakannya �Tyas..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita� teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.

Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram sangat terkejut �Tyas..apa yang kamu lakukan?�, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku. Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak.

Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku �Ahh..sssfff..Braaam!� erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga berwarna kemerahan dan keras �ahh..ahh..� demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam.

Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara, kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.

Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Roni, �Bram..kau sudah tidur?�, demikian ketuk Roni. Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku.

Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,�Sedang apa kamu Bram� tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum dan mengatakan,�Mau tau aja..� Dasar Roni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan,�Tyas buka pintunya..sudah aman�. Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku �Ahhh..ahh..� erangan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.

Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama �Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..� desahku �Tahan sayang kita bersamaan keluarnya�, dan benar saja saat kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan. �Braaammm..,� desahku tertahan. �Ahhh Tyas..kau hebat..� demikian katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami bergumul. �Terima kasih Bram..kau hebat..� kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya.

Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.�Ron aku mau ke dalam ambil makanan ya..!� kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti.

Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. �Gila kamu Bram..bisa ketahuan Roni lho,� protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku �Tapi kamu menikmatinya khan?!,� goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan meciumi punggung hingga pantatku, �Gila kau Bram, Roni bisa melihat kita,� tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram. �Tyas kamu suka ini khan?� tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. �AHH..Bram..� teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya. Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..�Ahh.. Bram lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar biasa..Bram aku sayang kamu..� teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Roni.

Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,�Tyas..khhaau hhebat..� desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan �Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam�, teriaku. �Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.� teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.

Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku, �Bram kamu nakal� desahku yang juga menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini.

Akhirnya ketika proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali
Share:

Kecewa Karena Suami

Perkenalkan nama saya Nendi umur 29 tahun, saya bekerja di sebuah hotel berbintang tiga di kota �B�. Seperti kebanyakan orang bekerja yang kadang membuat kita jenuh, untuk mengatasinya aku sering mengunjungi situs 17Tahun ini, sampai akhirnya saya terobsesi untuk menulis cerita ini.

Cerita ini berawal dari pulang kemalaman dengan seorang sekretaris teman sekantor di bagian lain, namanya Vivi berperawakan sintal dengan kulit putih dan tinggi badan yang sedang-sedang saja sekitar 165 cm. Sebetulnya Vivi bukanlah tipe orang yang ramah walaupun dia seorang sekretaris, mungkin karena om-nyalah dia ada di posisi tersebut. Oh ya, Vivi juga sudah menikah kira-kira satu setengah tahun yang lalu, dan saya pernah beberapa kali ketemu dengan suaminya.
Pagi itu pada saat jam masuk kantor aku berpapasan dengannya di pintu masuk, seperti biasa kita saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Ah lucu juga kita yang sudah kenal beberapa tahun masih melakukan kebiasaan seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Vivi orangnya memang seperti itu jadi akupun terbawa-bawa, aku sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yang seperti itu hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.

Mungkin saat itu aku sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya tiba-tiba saja Vivi seperti akan terjatuh dan refleks aku meraih tubuhnya dengan maksud untuk menahan supaya dia tidak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya. Setelah dapat berdiri dengan sempurna Vivi memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun menurutku itu merupakan sesuatu yang istimewa mengingat sifatnya yang kuketahui selama ini.

�Terima kasih Pak nendi, hampir saja aku terjatuh.�
�Oh, nggak apa-apa, maaf barusan tidak sengaja.�
�Tidak apa-apa.�

Seperti itulah dialog yang terjadi pagi itu. Walaupun nggak mau mikirin terus kejadian tersebut tapi aku tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada tubuhnya walaupun nggak sengaja, waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dengan kejadian tersebut, untung waktu masuk kerja masih empat puluh lima menit lagi jadi belum ada orang, seandainya pada saat itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa kaget juga akan merasa malu.

Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang yang nggak ada ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap tiga puluh menit memandang gambar panorama yang kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi ternyata ada sesuatu yang lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu, aku melihat Vivi sedang memandang ke arah yang sama sehingga pandangan kami bertemu. Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan cewek itu, aku yang geer atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yang ngelantur.

Jam istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di EDR untuk makan siang, dan suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yang kosong ada di sebelah Vivi, akhirnya aku duduk disana dan menyantap makanan yang sudah kuambil. Setelah selesai makan, kebiasaan kami ngobrol ngalor-ngidul sambil menunggu waktu istirahat habis, karena aku duduk disebelah dia jadi aku ngobrol sama dia, padahal sebelumnya aku males ngobrol sama dia.

�Gimana kabar suaminya vi?� aku memulai percakapan
�Baik pak.�
�Trus gimana kerjaannya? masih di tempat yang dulu?�
�Sekarang sedang meneruskan studi di amerika, baru berangkat satu bulan yang lalu.�
�Oh begitu, baru tahu aku.�
�Ingin lebih pintar katanya pak.�
�Ya baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk mesa depan berdua.�
�Iya pak.�

Setelah jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan kerjaan yang tadi terhenti. Akupun kembali hanyut dengan kerjaanku.

Pukul setengah tujuh aku bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa sengaja aku nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Vivi masih ada di mejanya. Setelah semua beres akupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan iseng aku nyapa dia.

�Kok tumben hari gini masih belum pulang?�
�Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini�

Aku merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang kalau bicara selalu kedengaran resmi, yang menimbulkan rasa tidak akrab.

�Ya udah kalo begitu kita bareng aja.� ajakku menawarkan.
�Tidak usah pak, biar aku pulang sendiri saja.�
�Nggak apa-apa, ayo kita bareng, ini udah terlalu malam.�
�Baik Pak kalau begitu.�

Sambil berjalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yang walaupun sebetulnya niatnya hanya iseng saja.

�Gimana kalo vivi bareng aku, kita kan searah.�
�Nggak usah pak, biar aku pakai angkutan umum atau taksi saja.�
�Lho, jangan gitu, ini udah malem, nggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem.�
�Baik kalau begitu pak.�

Di sepanjang jalan yang dilalui kami tidak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini cewek.

�Lho kok kelihatannya murung, kenapa?� tanyaku penasaran.
�Nggak apa-apa pak.�
�Nggak apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?� tanyaku memancing.
�Nggak ah pak, malu.�
�Kok malu sih, nggak apa-apa kok, ngobrol aja aku dengerin, kalo bisa dan perlu mungkin aku akan bantu.�
�Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi.�
�Oh begitu, ya kalo nggak mau ya nggak usah, aku nggak akan maksa.�
�Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini.�
�Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok.�

�Ini soal suami aku pak.�
�Ada apa dengan suaminya?�
�Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya.�
�Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo vivi ngobrol ke aku.�
�Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri.�
�Trus kenapa?�
�aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yang bagus adalah orgasme yang dialami oleh keduanya.�
�Trus letak permasalahannya dimana?�
�Mengenai orgasme, aku sampai dengan saat ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya.�

Aku sama sekali nggak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal:-)

�Masa sih vi, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yang barusan kamu bilang?�
�Betul pak, kebetulan aku ngobrolin masalah ini dengan bapak, jadi setidaknya bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki.�
�Ya, gimana ya, sekarang kan suami vivi lagi nggak ada, seharusnya waktu suami vivi ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu�
�Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami.�

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa terasa pula kami sudah sampai didepan rumah Vivi, Aku bermaksud mengantar dia sampai depan pintu rumahnya.

�Tidak usah pak, biar sampai sini saja.�
�Nggak apa-apa, takut ada apa-apa biar aku antar sampai depan pintu.�

Dasar, kakiku menginjak sesuatu yang lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setelah sampai di teras rumahnya kulihat kakiku, ternya yang kunjak tadi adalah sesuatu yang kurang enak untuk disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.

�Aduh Pak nendi, gimana dong itu kakinya.�
�Nggak apa-apa, nanti aku cuci kalo udah nyampe rumah.�
�Dicuci disini aja pak, nanti nggak enak sepanjang jalan kecium baunya.�
�Ya udah, kalo begitu aku ikut ke toilet.�

Setelah membersihkan kaki aku diperliahkan duduk di ruang tamunya, dan ternyata disana sudah menunggu segelas kopi hanngat. Sambil menunggu kakiku kering kami berbincang lagi.

�Oh ya vi, mengenai yang kamu ceritakan tadi di jalan, gimana cara kamu mengatasinya?�
�aku sendiri bingung Pak harus bagaimana.�

Mendengar jawaban seperti itu dalam otakku timbul pikiran kotor lelaki.

�Gimana kalau besok-besok aku kasih apa yang kamu pengen?�
�Yang aku mau yang mana pak.�
�Lho, itu yang sepanjang jalan kamu bilang belum pernah ngalamin.�
�Ah bapak bisa aja.�
�Bener kok, aku bersedia ngasih itu ke kamu.�

Termenung dia mendengar perkataanku tadi, melihat dia yang sedang menerawang aku berpikir kenapa juga harus besok-besok, kenapa nggak sekarang aja selagi ada kesempatan.

Kudekati dia dan kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sambil menatap kearahku dengan penuh tanda tanya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya dan kukecup pipi sebelah kanannya, dia diam tidak bereaksi. Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam entah apa yang ada dipikirannya dan tetap diam, kulanjutkan mencium hidungnya dan dia memejamkan mata.

Ternyata napsu sudah menggerogoti kepalaku, kulumat bibirnya yang tipis dan ternyata dia membalas lumatanku, bibir kami saling berpagut dan kulihat dia begitu meresapi dan menikmati adegan itu. Kitarik tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yang lebih panjang, dia hanya mengikuti sambil menatapku. Kembali kulumat bibirnya, lagi, dia membalasnya dengan penuh semangat.

Dengan posisi duduk seperti itu tanganku bisa mulai bekerja dan bergerilya. Kuraba bagian dadanya, dia malah bergerak seolah-olah menyodorkan dadanya untuk kukerjain. Kuremas dadanya dari luar bajunya, tangan kirinya membuka kancing baju bagian atasnya kemudian membimbing tangan kananku untuk masuk kedalam BHnya. Ya ampun bener-bener udah nggak tahan dia rupanya.

Kulepas tangan dan bibirku dari tubuhnya, aku berpindah posisi bersandar pada pegangan sofa tempatku duduk dan membuka kalkiku lebar-lebar. Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju dan BHnya yang saat itu sudah nempel nggak karuan, kuciumi leher bagian belakang Vivi dan tangan kiri kananku memegang gunung di dadanya masing-masing satu, dia bersandar ketubuhku seperti lemas tidak memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya sendiri dan mulai kuremas payudaranya sambil terus kuciumi tengkuknya.

Setelah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai berpindah kebawah menyusuri bagian perutnya dan berhenti di tengah selangkangannya, dia melenguh waktu kuraba bagian itu. Kusingkap roknya dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, kutemukan sesuatu yang hangat-hangat lembab disana, sudah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku.

�Ohh .. ehh ..�

Aku semakin bernapsu mendengan rintihannya dan kumasukkan jariku ke vaginanya, suaranya semakin menjadi. Kukeluar masukkan jariku disana, tubuhnya semakin melenting seperti batang plastik kepanasan, terus kukucek-kucek semakin cepat tubuhnya bergetar menerima perlakuanku. Dua puluh menit lamanya kulakukan itu dan akhirnya keluar suara dari mulutnya.

�Udah dulu pak, aku nggak tahan pengen pipis.�
�Jangan ditahan, biarkan aja lepas.�
�Aduh pak, nggak tahan, vivi mau pipis .. ohh .. ahh.�

Badanya semakin bergetar, dan akhirnya.

�Ahh .. uhh.�

Badanya mengejang beberapa saat sebelum akhirnya dia lunglai bersender kedadaku.

�Gimana vi rasanya?�
�Enak pak.�

Kulihat air matanya berlinang.

�Kenapa kamu menangis vi.�

Dia diam tidak menyahut.

�Kamu nyesel udah melakukan ini?� tanyaku.
�Bukan pak.�
�Lantas?�
�aku bahagia, akhirnya aku mendapatkan apa yang aku idam-idamkan selama ini yang seharusnya datang dari suami aku.�
�Oh begitu.�

Kami saling terdiam beberapa saat sampai aku lupa bahwa jari tengah tangan kiriku masih bersarang didalam vaginanya dan aku cabut perlahan, dia menggeliat waktu kutarik jari tanganku, dan aku masih tercenung dengan kata-kata terakhir yang terlontar dari mulutnya, benar rupanya .. dia belum pernah merasakan orgasme.

�Mau ke kamar mandi pak?�

Tiba-tiba suara itu menyadarkanku dari lamunan ..

�Oh ya, sebelah mana kamar mandinya?�
�Sebelah sini pak�, sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.

Dia kembali ke ruang tamu sementara aku mencuci bagian tangan yang tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aku berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.

Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihat
dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu.

�Vi, udah malam nih, saya pulang dulu ya ..�

Terhenyak dia dan menatapku ..

�Emm, pak, mau nggak malam ini nemanin vivi?�

Kaget juga aku menerima pertanyaan seperti itu karena memang tidak pikiran untuk menginap dirumahnya malam ini, tapi aku tidak mau mengecewakan dia yang meminta dengan wajah mengharap.

�Waktu kan masih banyak, besok kita ketemu lagi di kantor, dan kapan-kapan kita masih bisa ketemu diluar kantor.�

Dia berdiri dan menghampiriku ..

�Terima kasih ya pak, vivi sangat bahagia malam ini, saya harap bapak tidak bosan menemani saya.�
�Kita kan kenal sudah lama, saya selalu bersedia untuk membantu kamu dalam hal apapun.�
�Sekali lagi terima kasih, boleh kalau mau pulang sekarang dan tolong sampaikan salam saya buat ibu.�

Akhirnya aku pulang dengan terus dihinggapi pertanyaan didalam pikiranku, kenapa dia bisa begitu, kasihan sekali dia.

Seperti biasa esoknya aku masuk kantor pagi-pagi sekali karena memang selalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, kupikir belum ada siapa-siapa karena biasanya yang sudah ada saat aku datang adalah office boy, tapi ternyata pagi itu aku disambut dengan senyuman vivi yang sudah duduk di meja kerjanya. Tidak seperti biasa, pada hari-hari sebelumnya aku selalu melihat vivi dalam penampilan yang lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan ramah dan akrab.

�Pagi vi.�
�Pagi pak.�
�Gimana, bisa tidur nyenyak tadi malam?�
�Ah bapak, bisa aja, tadi malam saya tidur pulas sekali.�
�Ya sudah, saya tinggal dulu ya, selamat bekerja.�
�Iya pak.�

Aku meneruskan langkahku menuju ruang kerjaku yang memang tidak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruangan kembali aku menengokkan wajah ke arahnya, ternyata dia masih menatapku sambil tersenyum.

Tidak seperti biasanya, aku merasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yang membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yang memang dari hari ke hari selalu saja ada sesuatu yang harus diulang, akhirnya aku menulis cerita ini. HP didalam saku celanaku berbunyi, ada SMS yang masuk, kubuka SMS tersebut yang rupanya datang dari cewek diseberang ruanganku yang tadi pagi menatapku sampai aku masuk ke ruangan ini .. ya dia, vivi.

�Pak, nanti mlm ada acara gak? kalo tidak bisa gak bapak menuhin janji bapak tadi malam.�

Begitulah isi SMS yang kuterima, aku berpikir agresif juga nih cewek pada akhirnya. Kuangkan telepon yang ada diatas meja kerjaku dan kutekan nomor extensin dia.

�Kenapa gitu vi, mau ngajak kemana?�
�Eh bapak, kirain siapa, enggak, vivi udah nyediain makan malam di rumah, bapak bisa kan makan malam sama vivi nanti malam?�
�Boleh, kalau gitu nanti pulang saya tunggu di ruang parkir ya.�
�Iya pak, ma kasih.�

Sore hari aku terkejut karena waktu pulang sudah terlewat sepuluh menit, bergegas kubereskan ruanganku dan berlari menuju ruang parkir. Disana vivi sudah menungguku, tapi dia tersenyum waktu melihatku datang, tadinya kupikir dia akan kecewa, tapi syukurlah kelihatanyya dia tidak kecewa.

�Maaf jadi nunggu ya vi, harus beres-beres sesuatu dulu.�
�Nggak apa-apa pak, vivi juga barusan ada yang harus diselesaikan dulu dengan neni.�
�Yo.� kataku sambil membukkan pintu untuk dia, dan dia masuk kedalam mobil kemudian duduk disebelahku.

Diperjalanan kami ngobrol kesana kemari, dan tanpa terasa akhirnya kami masuk ke komplek perumahan dimana vivi tinggal lalu kami turun menuju ke rumahnya. Dia membuka pintu depan rumahnya dengan susah, rupanya ada masalah dengan kunci pintu tersebut. Aku tidak berusaha membantunya, karena dari belakang baru kuperhatikan kali ini kalau bagian tengah belakang milik vivi menarik sekali, lingkarannya tidak terlalu besar, tapi aku yakin laki-laki akan suka bila melihatnya dalam keadaan setengah berjongkok seperti itu.

Akhirnya pintu terbuka juga dan dia mempersilakan aku masuk, dan kamipun masuk. Setelah mempersilakan aku untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakaian yang sudah digantinya, dia tidak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dengan segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaku.

�Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok nggak minum kopi juga vi?�
�Saya nggak pernah minum kopi pak, nggak boleh sama si mas.�
�Oh gitu.�
�Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar vivi yang mindahin.�
�Boleh, sekalian saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya nggak enak kalau masih ada keringatnya.�
�Handuknya ada di kamar mandi pak.�

Dia berdiri sambil menerima kunci mobil yang kuserahkan sedangkan aku ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan badan yang memang rasanya agak nggak enak setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yang cukup macet tidak seperti biasa.

Keluar dari kamar mandi kudapati vivi kelihatan sedikit bingung, kutanya dia,

�Kenapa vi, kok seperti yang bingung begitu ..�
�Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yang saya pesani untuk makan malam, katanya nggak bisa nganter makanan yang dipesan karena kendaraannya nggak ada.�
�Ya sudah nggak apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yang bisa dimasak?�
�Adu pa, vivi jadi malu.�
�Udah nggak apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan.�

Kataku sambil tersenyum, vivi melangkahkan kakinya menuju dapur dan kuikuti, sampai didapur dia membuka lemari es yang ternyata hanya ada sedikit makanan yang siap masak disana. Akhirnya kami masak masakan seadanya sambil berbincang kesana kemari.

Tanpa sengaja aku perhatikan postur tubuh vivi yang terlihat lain dengan pakaian yang dikenakan sekarang, pakaian yang sedikir agak ketat menyebabkan lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas, sungguh bentuk tubuh yang sempurna untuk wanita seusia dia. Tanpa sadar kuhampiri dia dan dari belakang kupeluk dia yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh kearahku dan tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya dan dia menyambutnya, awalnya hanya ciuman biasa sampai akhirnya kami saling berpagutan disini, ya di dapur miliknya.

Berlanjut terus pergulatan bibir tersebut, kuraba buah dadanya dan kuremas dari luar bajunya. Tangan vivi bergerak membuka kancing baju bagian depan dilanjutkan dengan menyingkapkan BH yang dia pakai, dengan demikian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya. Beberapa saat kemudian kulepaskan bibirku dari bibirnya dan kuarahkan ke buah dadanya yang terlihat sungguh indah dengan warna puting yang kemerahan, kujilat puting yang sebelah kanan dan dia menarik nafas dalam menerima perlakuan itu, akhirnya kukulum puting itu dan kuhisap dalam-dalam sambil tangan kananku tetap meremas dadanya yang sebelah kiri.

Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, dan kuremas pantat yang kenyal itu. Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yang dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu yang hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus. Rupanya dia tidak tahan menerima sikapku itu, tangannya bergerak membuka resleting roknya dan melorotkannya kebawah. Aku hentikan kegiatan bibirku di buah dadanya lalu bubuka celana dalamnya dan kutemukan bulu indah yang tidak terlalu banyak disana kusingkapkan sedikit dan kuarahkan bibirku kesana dan kujilat bagian kecil yang menonjol disana.

Suara lenguhan dari bibirnya sudah tidak terbayangkan lagi, akan memperpanjang cerita kalau saya tuliskan disini.

�Oh, pak, saya belum pernah merasakan ini, oh ..�

Aku terus melanjutkan kegiatan lidahku diselangkangannya sambil terus memasukkan lidah ini kedalam gua lembab yang berbau khas milik wanita. Lenguhan demi lenguhan terus keluar dari mulutnya sampai akhirnya kurasakan tubuhnya mengejang dan bergetar dengan mengeluarkan teriakan yang tidak bisa ditahan dari mulutnya, dia sudah sampai ke puncak kenikmatan sentuhan seorang lelaku seperti aku ini, dan akhirnya kuhentikan kegiatanku itu lalu berdiri menghadap dia, danpa kuduga dia mencium bibirku.

�Pak kita ke kamar ya.�

Dia menuntunku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu terlihat rapi, lalu kami duduk dipinggir tempat tidur dan kembali saling berpagutan disana. Dia bangkit berdiri dihadapanku seraya bertanya.

�Boleh saya buka pakaian bapak?�

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut, lalu dia membuka seluruh pakaian yang kukenakan sampai ke celana dalamku. Dia memegang senjataku yang dia dapati dibalik celana dalam yang baru saja terbuka, lalu dia menciumnya dan menjilatinya, nikmat sekali rasanya.

�Dari dulu saya ingin melakukan ini, tapi suami saya nggak pernah mau diperlakukan begini.�

Dia berkata begitu sambil kembali meneruskan kegiatannya menjilati senjata milikku, tanpa kuduga dia lanjutkan kegiatannya tadi dengan mengulum dan menyedot batang kemaluanku, dan rasanya lebih nikmat dari yang tadi kurasakan. Akhirnya dia berhenti berlaku seperti itu dan berkata.

�Pak, tidurin vivi ya.�

Tanpa menunggu permintaan itu terulang aku baringkan tubuhnya diatas tempat tidur, aku ciumi sekujur tubuhnya yang dibalas dengan gelinjangan tubuh mulus itu, akhirnya setelah sekian lama kucoba masukkan kemaluanku kedalam lubang senggama yang memang sudah basah dari sejak tadi, dan �Ahh ..� itulah yang keluar dari mulut vivi, sungguh nikmat sekali rasanya memasuki tubuh yang telanjang ini, dan satu lagi, lubang kemaluannya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terbersit lam pikiranku sebuah pertanyaan, sebesar apa milik suaminya sampai lubang ini masih terasa sempit seperti ini.

Kuperhatikan jam yang ada di dinding kamarnya menunjukkan bahwa aku sudah mengeluar masukkan kemaluanku kedalam tubuhnya selama dua puluh menit dan akhirnya kembali kurasakan tubuhnya mengejang sambil mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya, akhirnya dia menggelepar sambil memeluk tubuhku erat-erat seolah tidak ingin lepas dari tubuhnya, karena pelukannya itu aku jadi terhenti dari kegiatanku.

Beberapa saat kemudian vivi melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aku melihat sebuah senyuman puas diwajahnya dan itu membuat aku merasa puas karena malam ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya.

�Gimana vi?�
�Aduh, vivi lemas tapi tadi itu nikmat sekali ..�
�Vivi mau coba gaya yang lain?�
�Emm ..�

Kubangunkan tubuhnya dan kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dengan pelan sampai dia menungging dihadapanku, kumasukkan kejantananku kedalam lubang senggamanya dan dia mengeluarkan teriakan kecil.

�Aduh .. Pak enak sekali, dorong terus pak, vivi belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini ..�

Aku keluar masukkan kemaluanku ini kedalam tubuhnya dengan irama yang semakin lama semakin kupercepat, lama juga aku melakukan itu sampai akhirnya dia berkata �Pak vivi mau pipis lagi ..�, semakin kupercepat gerakanku karena kurasakan ada sesuatu yang mendorong ingin keluar dari dalam tubuhku.

Dalam kondisi lemas dan masih menungging vivi menerima gerakan maju mundur dariku, mungkin dia tahu kalau aku sebentar lagi mencapai klimaks, dan akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semua kedalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku lemas bagai tak bertulang dan kucabut senjataku dari lubang milik vivi.

Aku terbaring disampingnya setelah melepaskan nikmat yang diada tara, dia tersenyum puas sambil menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dengan perasaan masing-masing. Dalam tidur aku memimpikan kegiatan yang barusan kami lakukan dan waktu hampir pagi aku terbangun kudapati vivi masih terpejam dengan wajah yang damai sambil masih memelukku, kulepaskan pelukkannya dan dia terbangun, lalu kami meneruskan kegiatan yang tadi malam terpotong oleh tidur sampai akhirnya kami berdua bangun dan menuju kamar mandi dalam keadaan masing-masing telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami.

Dikamar mandi kami melakukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yang tidak habis aku bisa mengerti �Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..�.

Akhirnya kami berangkat kerja dari rumah vivi, sengaja masih pagi agar tidak ada orang di kantor yang melihat kedatangan kami berdua untuk menghindari sesuatu yang kami berdua tidak inginkan.

Sampai saya menulis cerita ini, masih tetap terngiang kata-katanya yang sering mengucapkan kata-kata �Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..� setiap saya berhubungan dengan dia dengan gaya yang lain.

Berawal dari situlah kami sering melakukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami lakukan atas permintaan dari dia, aku sendiri tidak pernah memintanya karena aku tidak mau dia punya pikiran seolah-olah aku mengeksploitir dia. Dan sekarang vivi yang kukenal jauh berbeda dari vivi yang dulu, dia menjadi orang yang ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang dilingkungannya
Share:

Angan - Angan Suami Tercinta

Namaku Mia, karyawati sebuah bank swasta terkenal, yang semenjak beberapa lama aku mengalami frigiditas dalam persetubuhan, terutama sejak melahirkan anak pertamaku. Atas anjuran suamiku, aku dibawa suamiku ke dukun yang bernama Ki Alugoro yang bermukim di desa kecil di luar Jakarta untuk menyembuhkan frigiditasku.

Sejak itu, setelah sembuh, gairahku untuk bersetubuh malah jadi menggebu-gebu, mungkin karena dalam rangka penyembuhan tersebut aku harus mau menuruti semua persyaratan yang diajukan oleh Ki Alugoro, antara lain diurut dengan semacam obat dalam keadaan telanjang bulat dan disetubuhi olehnya (waktu itu disetujui dan malah disaksikan oleh suamiku).
Akupun setuju asal aku dapat sembuh dari frigiditasku. Dan mungkin karena kontol Ki Alugoro memang benar-benar besar, lagi pula dia pandai sekali mencumbu den membangkitkan gairahku, ditambah dengan ramuan-ramuan yang diberikan olehnya, maka sekarang aku benar-benar sembuh dari frigiditasku, dan menjadi wanita dengan gairah seks yang lumayan tinggi. Hanya saja, karena ukuran kontol suamiku jauh lebih kecil dari kontol Ki Alugoro, maka dengan sendirinya suamiku tidak pernah bisa memuaskanku dalam bersetubuh.

Apakah aku harus datang lagi ke tempat Ki Alugoro dengan pura-pura belum sembuh? (padahal supaya aku disetubuhi lagi olehnya). Mula-mula terbersit pikiran untuk berbuat begitu, tapi setelah kupikir-pikir lagi kok gengsi juga ya? Masak seorang istri baik-baik datang ke laki-laki lain supaya disetubuhi walaupun kalau mengingat kontol Ki Alugoro yang luar biasa besar itu aku sering tidak bisa tidur dan gairahku untuk bersetubuh memuncak habis.

Sering-sering aku harus memuaskan diri dengan dildo yang kubeli tempo hari di depan suamiku sehabis kami bersetubuh karena suamiku tidak bisa memuaskan diriku. Malah sering suamiku sendiri yang merojok-rojokkan dildo itu ke dalam tempikku.

Untunglah, entah karena mengerti penderitaanku atau tidak, ternyata suamiku mempunyai angan-angan untuk melakukan persetubuhan three in one atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain, terutama setelah dia melihat aku disetubuhi Ki Alugoro tempo hari. Pantesan sejak itu, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan angan-angannya. Angan-angan yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku bersetubuh dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku, seperti dengan Ki Alugoro tempo hari. Setelah beberapa lama dia menceritakan angan-angannya tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan angan-angan tersebut. Pada awalnya aku pura-pura mengira dia cuma bercanda. Namun dia semakin mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah dia serius. Dia jawab, �Ya aku serius!� Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku ketika mencapai orgasme dengan Ki Alugoro tempo hari, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya (rupanya, waktu melihat tempikku dianceli kontol gede Ki Alugoro, diam-diam dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri sampai orgasme.)

Tentu saja hal itu sebetulnya sangat aku harapkan. Inilah yang namanya dildo dicinta, kontolpun tiba. Secara terus terang, seperti aku tuturkan diatas, aku tidak pernah merasa puas dengan kontol suamiku yang kecil, terutama setelah tempikku dianceli oleh kontol Ki Alugoro yang luar biasa itu. Wah, rasanya sampai tidak bisa aku katakan.

Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, apalagi di pagi hari apabila malamnya kami melakukan persetubuhan karena suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna dan aku tidak sampai orgasme.

Rupanya angan-angan seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar angan-angan saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan dan suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan angan-angannya (padahal sebenarnya aku sudah sangat mengharapkan, kapan rencana itu diwujudkan?). Tetapi untuk meyakinkan keseriusannya aku pura-pura terpaksa mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutanyakan apakah dia tidak cemburu melihat istrinya ditelanjangi dan tempiknya dianceli dengan kontol orang lain? Dia bilang sama sekali tidak.

�Karena aku hanya ingin melihat kau bahagia dan terpuaskan dalam persetubuhan� jawabnya mantab waktu itu.
�Tentu saja aku akan mencarikan kau temanku yang mempunyai kontol besar dan keras. Setidak tidaknya sama dengan kontol Ki Alugoro tempo hari� janjinya lebih lanjut.

Sejak itu dia rajin menawarkan nama-nama temannya untuk mensetubuhiku.

�Terserah kaulah, kan kau yang punya rencana aku disetubuhi temanmu� jawabku waktu itu.

Akhirnya di suatu hari suamiku berbisik padaku, �Aku telah mengundang Edo untuk menginap di sini malam ini�

Hatiku berdebar keras mendengar kata-kata suamiku itu, karena Edo teman suamiku itu adalah salah seorang idola di sekolahku dulu dan dia adalah cowok yang menjadi rebutan cewek-cewek dan sangat kudambakan jadi pacarku semasa SMA. Suamikupun kenal baik dengan dia karena kami memang berasal dari satu kota kabupaten yang tidak seberapa besar. Terus terang kuakui bahwa penampilan Edo sangat oke. Bentuk tubuhnya pun lebih tinggi, lebih kekar dan lebih atletis dari tubuh suamiku karena dia dulu jago basket dan olah raga yudo. Walaupun Edo adalah cowok yang kudambakan semasa SMA dulu, tetapi kami belum pernah berpacaran karena dia memang agak acuh terhadap cewek dan disamping itu, banyak sainganku cewek-cewek yang mengejar-ngejar dia. Apalagi waktu itu sudah menjelang EBTANAS, dan setelah itu dia sibuk dengan persiapan masuk universitas. Waktu itu aku kelas 1, sedang dia kelas 3 SMA.

Ketika Edo datang, aku sedang mematut-matut diri dan memilih gaun yang seksi dengan belahan dada yang cukup rendah agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kuamati gaun yang kukenakan terlihat sangat ketat melekat pada tubuhku sehingga lekukan-lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Susuku kelihatan sangat menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Tubuhku memang ramping dan berisi. Susuku yang subur juga kelihatan sangat kenyal. Demikian pula pantatku yang cenderung nonggeng itu menonjol seakan menantang laki-laki yang melihatnya. Dengan perutku yang masih cukup rata dengan kulitku yang puber (putih bersih) membuat tubuhku menjadi sangat sempurna. Apalagi wajahku memang tergolong cantik. Dan terus terang, dari dulu aku memang bangga dengan tubuh dan wajahku. Tiba-tiba aku baru tersadar, pantas saja suamiku mempunyai angan-angan untuk melihat aku disetubuhi oleh laki laki-lain. Ingin membandingkan dengan film BF yang sering kami lihat mungkin.

Setelah mematut-matut diri, aku keluar untuk menyediakan makan malam. Setelah makan malam, Edo dan suamiku duduk mengobrol di teras belakang rumah dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan sedikit minuman keras pemberian teman suamiku yang baru pulang dari luar negeri. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu hanya kami berdua ditambah Edo saja di rumah. Pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumahnya selama beberapa hari, sedang anakku satu-satunya tadi siang dijemput mertuaku untuk menginap di rumahnya.
Ketika hari telah makin malam dan udara mulai terasa dingin, tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku, �Aku telah bicara dengan Edo mengenai rencana kita. Dia setuju malam ini menginap di sini.

�Tapi walaupun demikian kalau kamu kurang cocok dengan pilihanku ini, kamu tidak usah takut berterus terang padaku!� bisik suamiku selanjutnya.
�Tapi kujamin kontolnya memang gede, aku beberapa kali melihatnya waktu kencing di kantor. Tapi soal kekerasannya, kamu sendiri yang dapat membuktikannya nanti� lanjutnya lagi.

Mendengar bisikan suamiku itu, diam-diam hatiku gemetar sambil bersorak gembira, tetapi aku pura-pura diam saja, tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Dalam hati aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan cemburu melihat istrinya disetubuhi lelaki lain secara sadar dan seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain yang sudah amat dia kenal (kalau dengan Ki Alugoro kan dalam rangka penyembuhan?).

Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan berganti pakaian memakai baju tidur tipis tanpa BH, sehingga susuku, terutama pentil susuku yang besar itu terlihat membayang di balik baju tidur.

Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Edo kelihatan terpana untuk beberapa saat.

Akan tetapi mereka segera bersikap biasa kembali dan suamiku langsung berkata, �Ayo..!� katanya dengan senyum penuh arti kepada kami berdua dan kamipun segera masuk ke kamar tidur.

Di kamar tidur suamiku mengambil inisiatif lebih dulu dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh susuku dari luar baju tidur.

Melihat itu, Edo mulai mengelus-elus pahaku yang terbuka, karena baju tidurku tersingkap ke atas. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri tengkurap di atas tempat tidur. Sebenarnya nafsuku sudah mulai naik karena tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki yang tidak lain adalah idolaku waktu di SMA dulu, apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur tipis tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berpura-pura tetap tenang untuk melihat inisiatif dan aktivitas Edo dalam memancing gairah birahiku. Aku ingin tahu sampai seberapa kemahirannya.

Beberapa saat kemudian kurasakan bibir Edo mulai menyusur bagian yang sensitif bagiku yaitu bagian leher dan belakang telinga. Merasakan gesekan-gesekan itu aku berpikir bahwa inilah saat untuk merealisasikan angan-angan suamiku. Seperti mengerti keinginanku, Edo mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Aku langsung ditelentangkan di pinggir ranjang, kemudian tangannya yang kiri mulai memegang sambil memijit-mijit susuku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang kanan mengelus-elus dan memijit-mijit bibir tempikku yang masih dibalut celana dalam, sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Edo yang berada di susuku mulai memelintir dengan halus ujung pentilku yang besar dan mulai mengeras.

Masih dalam posisi terlentang, kurasakan jemari Edo. terus meremas-remas susuku dan memilin-milin pentilnya. Saat itu sebenarnya nafsuku belum begitu meninggi, tetapi rupanya Edo termasuk jagoan juga karena terbukti dalam waktu mungkin kurang dari 5 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum dan menghentikan aktivitasnya.

Kini Edo mulai membuka baju tidurku dan beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku. Lalu aku merasakan hembusan lembut hawa dingin AC di tempikku yang berarti celana dalamku telah dilepas oleh Edo. Kini Edo telah menelanjangi diriku sampai aku benar-benar dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

Aku hanya bisa pasrah saja merasakan gejolak birahi dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi laki-laki idolaku dihadapan suamiku sendiri.

Kulirik Edo penuh nafsu menatap tubuhku yang telah telanjang bulat sepuas-puasnya.

Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Aku ditelanjangi oleh laki-laki idolaku dan yang sebenarnya aku harapkan kehadirannya.

Belum pernah aku bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain, kecuali dengan Ki Alugoro dalam keadaan setengah sadar dalam rangka penyembuhan tempo hari, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini.

Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Edo.

Maka, secara reflek dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kontol Edo yang telah tegang dari luar celananya. Ini kelihatan karena bagian bawah celana Edo mulai menggembung besar. Aku mengira-ngira seberapa besar kontol Edo ini. Kemudian aku mengarahkan tanganku ke arah retsluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kontol Edo yang ternyata memang telah ngaceng itu. Aku langsung tercekat ketika terpegang kontol Edo yang seperti kata suamiku ternyata memang besar.

Kulirik suamiku sedang membuka retsluiting celananya dan mulai mengelus-elus kontolnya sendiri. Dia kelihatan benar-benar sangat menikmati adegan ini. Tanpa berkedip dia menyaksikan tubuh istrinya digauli dan digerayangi oleh laki-laki lain.
Sebagai seorang wanita dengan nafsu birahi yang lumayan tinggi, keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Edo pada bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang mulai menjalari diriku dan tempikku.

Setelah beberapa saat aku memegang sambil mengelus-elus kontol Edo, tiba-tiba Edo berdiri dan membuka celana beserta celana dalamnya sehingga kontolnya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas. Setelah membuka seluruh pakaiannya, kini Edo benar-benar bertelanjang bulat.

Sehingga aku dapat melihat dengan jelas ukuran kontol Edo dalam keadaan ngaceng, yang ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran kontol suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. kontol Edo ini mencuat lurus ke depan agak mendongak ke atas, sedang kontol suamiku jauh lebih kecil, agak tunduk ke bawah dan miring ke kiri. Aku betul-betul terpana melihat kontol Edo yang sangat besar dan panjang itu. kontol yang sebesar itu memang belum pernah aku lihat (waktu dengan Ki Alugoro aku tidak sempat memperhatikan seberapa besar kontolnya, karena aku agak malu-malu dan setengah sadar). Batang kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut-rambut keriting yang lebat. Kulitnya kelihatan tebal, lalu ada urat besar disekeliling batangnya dan terlihat seperti kabel-kabel di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kenyal, penuh, dan mengkilat.

Kemudian dia menyodorkan kontolnya tersebut ke hadapan wajahku.

Aku melirik ke arah suamiku, yang ternyata tambah asyik menikmati adegan ini sambil tersenyum puas dan mengelus-elus kontolnya, karena melihat aku kelihatan bernafsu menghadapi kontol yang sebesar itu. Aku sebenarnya sudah amat terangsang, tetapi untuk menunjukkan pada Edo, aku agak tidak enak hati.

Tapi entah kenapa, tanpa kusadari tiba-tiba aku telah duduk di tepi ranjang sambil menggenggam kontol itu yang terasa hangat dalam telapak tanganku. Kugenggam erat-erat, terasa ada kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku hampir penuh menggapai lingkaran batang kontolnya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan pernah memegang kontol sebesar ini, dari seorang laki-laki lain secara sadar dan penuh nafsu dihadapan suamiku.

Kembali aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati adegan ini, malah kali ini bukan hanya mengelus-elus, tetapi malah sambil mengocok kontolnya sendiri, yaitu adegan istrinya yang penuh nafsu birahi sedang digauli oleh laki-laki lain, yang juga merupakan idolaku dulu.

Tiba-tiba muncul nafsu hebat terhadap idolaku itu, sehingga dengan demonstratif kudekatkan mulutku ke kontol Edo, kujilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan kuhisap-hisap dengan nafsu birahi yang membara. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati kontol itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku.

Kuluman dan hisapanku itu membuat kontol Edo yang memang telah berukuran besar itu menjadi bertambah besar, bertambah keras dan kepala kontolnya jadi tambah mengkilat merah keungu-unguan.. Dalam keadaan sangat bernafsu, kontol Edo yang sedang mengaceng keras dalam mulutku itu mengeluarkan semacam aroma yang khas yang aku namakan aroma lelaki.

Aroma itu menyebabkan gairah birahiku semakin memuncak dan lubang tempikku mulai terasa berdenyut-denyut hebat hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kontol itu seperti hisapan sebuah vacuum cleaner.
Kuluman dan hisapanku yang amat bernafsu itu rupanya membuat Edo tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia mendorong tubuhku sehingga telentang di atas tempat tidur.

Aku pun kini semakin nekat dan semakin bernafsu untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar.

�Do�� kataku pelan dan aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa.

Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya diantara pahaku, Edo berbisik, �Ssttt����!� bisiknya sambil kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak. Itu berarti bahwa sebentar lagi kontolnya akan bercumbu dengan tempikku. Benar saja, aku merasakan ujung kontolnya yang hangat menempel tepat di permukaan tempikku. Tidak langsung dimasukkan di lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, ini membuat tempikku tambah berdenyut-denyut dan terasa sangat nikmat. Dan makin lama aku makin merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan di tempikku itu.

Beberapa saat Edo melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih pinggangnya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainan ini. Edo menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kontolnya tepat di antara bibir tempikku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang tempikku. Aku benar-benar menanti tusukannya.

�Oocchh.. Ddoo, please..� pintaku memelas.

Sebagai wanita di puncak birahi, aku betul-betul merasa tidak sabar dalam kondisi seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Edo dan kontolnya yang besar dan panjang. Ada rasa deg-deg plas, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos kontol yang lebih besar dan lebih panjang.

�Ooouugghhh��� batinku yang merasa tak sabar benar untuk menunggunya.

Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka bibir-bibir tempikku. Dan lebih dahsyat lagi aku merasakan ujung kontol Edo mulai mendesak di tengah-tengah lubang tempikku..

Aku mulai gemetar hebat, karena tidak mengira akan senikmat ini aku akan merasakan kenikmatan bersetubuh. Apalagi dengan orang yang menjadi idolaku, yang sangat kukagumi sejak dulu.

Perlahan-lahan Edo mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku.

Aku berusaha membantu dengan membuka bibir tempikku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit kontol sebesar itu masuk ke dalam lubang tempikku yang kecil.

Tangan Edo yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang diarahkan masuk ke dalam lubang tempikku.

Pada saat Edo mulai menekan kontolnya, aku mulai mendesis-desis, �Sssshhhhh�� Eddooo�� ppelan-ppelan Ddooo� ssshhhh�� desisku gemetar. Edo lalu menghentikan aktivitasnya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Edo melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kontolnya. Setelah itu kontol Edo mulai terasa mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam lubang tempikku. Seluruh tubuhku benar-benar merinding ketika merasakan kepala kontolnya mulai terasa menusuk mantap di dalam lubang tempikku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batang kontol itu setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Edo sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.

Kini aku mulai merasakan tempikku terasa penuh terisi dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya kontol itu masuk ke dalam lubang tempikku.

Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Edo ketika hampir seluruh kontolnya itu amblas masuk.

Aku sendiri tidak mengira kontol sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk kedalam lubang tempikku yang kecil. Walaupun belum seluruh kontol Edo masuk ke dalam tempikku, rasanya seperti ada yang mengganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak aneh. Tetapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyesuaikan diri dan menikmati rasa yang nyaman dan nikmat.

Ketika hampir seluruh batang kontol Edo telah amblas masuk ke dalam lubang tempikku, tanpa sengaja aku terkejang sehingga berakibat bagian dinding dalam tempikku seperti meremas batang kontol Edo. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan kontol Edo seperti berkerojot di dalam lubang tempikku akibat remasan tersebut. Aku terlonjak bukan karena kontol itu merupakan kontol dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain kontol suamiku dan Ki Alugoro, akan tetapi karena aku merasakan kontol Edo memang terasa lebih istimewa dibandingkan kontol suamiku maupun kontol Ki Alugoro, baik dalam ukuran maupun ketegangannya.

Selama hidupku memang aku belum pernah melakukan persetubuhan dengan laki-laki lain selain dengan suamiku dan Ki Alugoro dan keadaan ini memberikan pengalaman baru bagiku. Aku tidak menyangka ukuran kontol seorang laki-laki berpengaruh besar sekali terhadap kenikmatan bersetubuh seorang wanita.

Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Edo erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Edo. Saat itu kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Edo menarik kontolnya dari tempikku. Tapi dan belum sampai tiga perempat kontolnya berada di luar tempikku, tiba-tiba dia menghujamkannya lagi dengan kuat.

Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkan kepadaku secara tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa kali Edo melakukan hujaman-hujaman ke dalam lubang tempikku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat sangat ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang tempikku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat kontol Edo yang seperti kabel-kabel yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau bersetubuh semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Edo melakukan gerakan yang konstan seperti mengikuti alunan irama musik evergreen yang sengaja aku setel sebelumnya.

Tapi anehnya, justru aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kontolnya dengan rytme seperti itu.

Tahap ini sepertinya sebuah tahap untuk melakukan start menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan tempikku baik bagian luar maupun dalam berdenyut-denyut hebat seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.

Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kulihat suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Edo.

Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali rasa puas di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Edo sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah BF. Keadaan ini tiba-tiba menimbulkan suatu kepuasan lain dalam diriku. Bukan saja disebabkan oleh kenikmatan persetubuhan yang sedang kualami bersama Edo, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain karena aku telah dapat melaksanakan angan-angan suamiku. Suamiku menghendaki aku bersetubuh dengan laki-laki lain dan malam ini akan kulaksanakan sepuas-puasnya.

Tiba tiba Edo semakin mempercepat hunjaman-hunjaman kontolnya ke dalam lubang tempikku.

Tentu saja ini membuat aku semakin bernafsu sampai-sampai mataku terbeliak-beliak dan mulutku agak terbuka sambil kedua tanganku merangkul pinggulnya kuat-kuat. Aku tadinya tak menyangka sedikitpun kalau kontol Edo yang begitu besar mulai bisa dengan lancar menerobos lubang tempikku yang sempit dan sepertinya belum siap menerima hunjaman kontol dengan ukuran sedemikian besar itu. Terasa bibir tempikku sampai terkuak-kuak lebar dan seakan-akan tidak muat untuk menelan besar dan panjangnya kontol Edo. .

�Ooukkhhss.. sshhh.. Ddoo ..! Terrruusshh.. terrusshh.. Ddoo� mmmmhhhh�!� rintihku merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin hebat ditempikku. .
�Hhhmmh.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. Mmiiaaa.. uukkhh.. uukkhh..� Edo mulai mengeluarkan kata-kata vulgar yang malah menambah nafsu birahiku mendengarnya.

Gejolak birahi Edo ternyata makin menguasai tubuhnya dan tanpa canggung lagi ia terus menghunjam hunjamkan kontolnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepadaku. Untuk tambah memuaskanku dan dirinya juga, batang kontol Edo terus menyusupi lubang tempikku sehingga akhirnya betul-betul amblas semuanya.

�Aarrggccchhhhhh�!!� aku melenguh panjang, kurasakan badanku merinding hebat, wajahku panas dan mungkin berwarna merah merona.

Mataku memandang Edo dengan pandangan sayu penuh arti meminta sesuatu, yaitu meminta diberi rasa nikmat yang sebesar-besarnya.

Edo kelihatan betul-betul terpana melihat wajahku yang diliputi ekspresi sensasional itu. Kemudian Edo tambah aktif lagi bergoyang menarik ulur batang kontolnya yang besar itu, sehingga dinding tempikku yang sudah dilumuri cairan kawin itu terasa tambah banjir dan licin.

Wajahku semakin lepas mengekspresikan rasa sensasi yang luar biasa yang tidak pernah aku perkirakan sebegitu nikmatnya. Saking begitu nikmatnya perasaan maupun tempikku disetubuhi oleh Edo, tanpa kusadari aku mulai berceloteh di luar sadarku, �Ohhss.. sshhh.. enaakk.. sseekalii� kkontolmu Ddoo�!! Oougghh.. terusshh�. teerruusshh..!!! Aku mendesah, merintih dan mengerang sepuas-puasnya. Aku sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhiku bukanlah suamiku sendiri. Yang ada di benakku hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan.

Dengan penuh nafsu kami saling berpelukan sambil berciuman. Nafas kami saling memburu kencang, lidah kami saling mengait dan saling menyedot, saling bergumul.

Edo mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkanganku yang semakin terbuka lebar, akupun mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi sambil kutekuk dan kusampirkan ke pundaknya, pantatku kuangkat untuk lebih memudahkan batang kontol Edo masuk seluruhnya dan menggesek syaraf-syaraf kenikmatan di rongga tempikku, akibatnya Edopun semakin mudah menyodokkan kontolnya yang panjang, besar dan keras itu keluar masuk sampai ke pangkal kontolnya hingga mengeluarkan suara berdecak-decak crot� crot� seperti suara bebek menyosor lumpur seiring dengan keluar masuknya kontol itu di dalam tempikku

Edo melihat ke arah selangkanganku, tempikku mencengkeram kontolnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan tempikku, yang semakin basah membanjir penuh dengan lendir pelumas putih kental sehingga membasahi bulu-bulu jembutku yang tidak terlalu lebat maupun bulu-bulu jembutnya itu dan sekaligus juga batang kontolnya yang semakin tambah mengeras.

Edo mendengus-dengus bagai harimau terluka, genjotannya makin ganas saja. Mata Edo terlihat lapar menatap susuku yang putih montok dikelilingi bulatan coklat muda di tengahnya dan pentilku yang besar dan sudah begitu mengeras karena birahiku yang sudah demikian memuncak, maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan Edo langsung menyedot pentil susuku yang begitu menantang itu.
Tubuhku menggelinjang hebat. Dan susukupun makin kubusungkan bahkan dadaku kugerakkan ke kiri dan ke kanan supaya kedua pentil susuku yang makin gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya.

Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Edo yang basah dan agak kasar itu menggesek pentil susuku yang peka.

Edo begitu bergairah menjilati dan menghisap susu dan pentilku di sela-sela desah dan rintihanku yang sedang menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini.
�Oouugghhss.. oouugghhss.. sshhhh� tteerruss Ddooo�� aku makin meracau tidak karuan, pikiranku sudah tidak jernih lagi, terombang ambing di dalam pusaran kenikmatan, terseret di dalam pergumulan persetubuhan dengan Edo, tubuh telanjangku serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali.

Aku merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhku mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun terutama sekali di sekitar tempikku.

Tubuhku akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Edo erat sekali sambil menjerit-jerit kecil tanpa sadar.

�Aaaaccchhh�� Dddooo� mmmmmhhhhhh� konnttolmmmuuu� aakkkuu�� kkeeelluuaaarrrr��� jeritku keenakan.

Badan telanjangku terasa berputar-putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme.

kontol Edo masih terus menggenjot lubang tempikku, dan aku hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari sejam Edo menyetubuhiku tanpa henti, aku makin lama makin terseret di dalam kenikmatan pergumulan persetubuhan yang belum pernah kurasakan.

Tubuhku akhirnya melemas setelah aku menyemburkan lagi cairan kawinku untuk kesekian kalinya bersamaan dengan Edo yang juga rupanya sudah tidak tahan lagi dan��

�Aaacchhh�.. oooccchhh� Mmiiaaa� teemmpiikkmmuuu�� nniikkkmaattttt� sseekkalliiii� adduuhhh�� aaakkuu.. kkekkeeeluaarrr�� erangnya sambil menyemburkan pejunya di dalam tempikku

Kemudian untuk beberapa saat Edo masih membiarkan kontolnya menancap di dalam tempikku.

Akupun tidak mencoba untuk melepas kontol itu dari tempikku.

Setelah agak beberapa lama, Edo mengeluarkan kontolnya yang ternyata masih berdiri dengan tegar walaupun sudah orgasme di lubang tempikku. Walaupun kontolnya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya, Edo menghentikan persetubuhan ini karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk menyetubuhiku. Kini ganti dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri yang ternyata entah sejak kapan dia sudah bertelanjang bulat.

Suamiku dengan segera menggantikan Edo dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian menyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan kontolnya yang kecil itu ke dalam lubang tempikku.
Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Edo, maka ketika suamiku menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku, kurasakan kontol suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot lubang tempikku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit kontol suamiku sebagaimana ketika kontol Edo yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar lubang tempikku. kontol suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam lubang tempikku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam lubang tempikku yang barusan diterobos oleh kontol yang begitu besar dan panjang.

Mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena kontol suamiku tidak berada dalam lubang tempikku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh pejunya agak di luar lubang tempikku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan tempik sampai ke sela paha dan jembutku basah kuyup dengan peju suamiku.

Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku. Sementara itu, karena aku pasif saja waktu disetubuhi suamiku, dan membayangkan kontol Edo yang luar biasa itu, maka aku sama sekali tidak kelelahan, malah nafsuku kembali memuncak. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku ingin mengalami puncak orgasme lagi dengan disetubuhi oleh Edo. Tapi yang disampingku kini suamiku, yang telah lemas dan tak berdaya sama sekali.

Oleh karena itu dengan perasaan kecewa berat aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat hendak menuju kamar mandi yang memang berada di dalam kamar tidur untuk membersihkan cairan-cairan bekas persenggamaan yang melumuri selangkangan dan tubuhku.

Namun untunglah, seperti mengerti perasaanku, tiba-tiba Edo yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat dan ngaceng kontolnya itu memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang. Aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Edo menusukkan kontolnya ke dalam tempikku dari belakang dengan garangnya.

Karena posisiku menungging, aku jadi lebih leluasa menggoyang-goyangkan pantatku, yang tentu saja tempikku juga ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Hal ini membuat Edo semakin bernafsu menghujam-hujamkan kontolnya ke dalam tempikku sehingga dengan cepat tubuhku kembali seperti melayang-layang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini.

Tak berapa lama tubuhku mengejang dan�

�Dddooo�� oooccchhhh� aacchhh� Ddooo� akk� aakkuu� mmaaauu� kkkeelluuuaaaarrrrrr��� rintihku sambil mencengkeram pinggir ranjang, aku telah mencapai puncak persetubuhan terlebih dahulu.

Begitu aku sedang mengalami puncak orgasme, Edo menarik kontolnya dari lubang tempikku, sehingga seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan lubang tempikku berdenyut agak aneh dalam suatu denyutan yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami.

Namun walaupun sudah orgasme, aku masih berkeinginan sekali untuk melanjutkan persetubuhan ini. Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Edo yang masih bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku.

Bagaikan kerbau dicocok hidung, aku mengikuti Edo ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Kemudian Edo melepaskan pelukannya dan menelentangkan diriku lalu dengan bernafsu menciumi susuku dan menyedot-nyedot pentilnya yang mancung itu sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.

Kali ini rupanya Edo ingin mengajakku bersetubuh dengan cara yang lain. Mula-mula Edo membalikkan tubuhku sehingga posisiku kini berada di atas tubuhnya.

Selanjutnya dengan spontan kuraih kontol Edo dan memandunya ke arah lubang tempikku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Edo dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil, �Occhhh� oocchhh� acchhh� sssshhhh�� desahku dibuai kenikmatan.

Sementara itu Edo dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil, �Oocchhh� oocchhh� Mmiiaaaa� ttteeemmpppiikkmuuu� mmmhhhhh��

Akupun semakin cepat menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Edo dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku.

Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat.

�Ooooccchhhhh�� mmmmhhhhhh� ooocccchhhh�� mmmmhhhhhh��� pekikku keenakan dan tubuhkupun langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Edo.

Tapi ternyata Edo belum sampai pada puncaknya. Maka tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga lubang tempikku yang telah basah kuyup oleh lendir kawin tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Edo mengacungkan kontolnya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah lubang tempikku dan menghunjamkan kembali kontolnya tersebut ke lubang tempikku dengan garang.

Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kontol Edo mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur-maju dalam lubang tempikku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya kontol Edo yang semakin lama semakin cepat merojok-rojokkan kontol besarnya ke lubang tempikku.

Aku merasakan betapa lubang tempikku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap kontol Edo yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.

Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kontol Edo yang tegar dan perkasa itu menggesek bagian paling dalam tempikku (mungkin titik itu yang dinamakan G-Spot atau titik gairah seksual tertinggi wanita)

Akhirnya, bersamaan dengan orgasmeku yang entah ke berapa kali aku tak ingat lagi, kulihat Edo tiba juga pada puncaknya.
�Mmmiiiaaaa� ooocchhh����� ooocccchhhhhh� Mmmiiiiaaaaaaaa�������� ttteeemmmppikkkmmmuuu� ooccchhhsss� aakkkuu� kkkellluuaaarrrrrr��� rintihnya dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia menyebut-nyebut namaku sambil mengeluarkan kata-kata vulgarnya lagi dan melepaskan puncak ejakulasinya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh pejunya di dalam tempikku dalam waktu yang amat panjang.

Sementara itu kontolnya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di lubang tempikku sehingga seluruh pejunya terhisap dalam tempikku sampai titik penghabisan.

Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, kontol Edo masih tetap terbenam dalam tempikku, dan aku pun memang tetap berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.

Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Edo mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan.
Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya.

Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali.

Kulihat kontol Edo mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Edo segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku kembali. Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya.

Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Edo sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali dan kubisikkan padanya bahwa ada bagian tertentu di dalam tempikku yang kalau tersentuh kontolnya, dapat menghasilkan rasa nikmat yang amat sangat.

Edopun kelihatannya mengerti dan berusaha menyentuh bagian itu dengan kontolnya. Keadaan ini berakhir dengan tibanya kembali puncak persenggamaan kami secara bersamaan. Inilah yang belum pernah kualami, bahkan kuimpikanpun belum pernah. Mengalami orgasme secara bersama-sama dengan pasangan bersetubuh!

Rasanya tak bisa kulukiskan dengan kata kata. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.

Semenjak pengalaman kami malam itu, aku selalu terbayang-bayang kehebatan Edo. Tetapi entah kenapa suamiku malah tidak pernah membicarakan lagi soal angan-angan seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Padahal aku malah ingin mengulanginya lagi. Karena apa yang kurasakan bersama suamiku sama sekali tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Edo. Kuakui malam itu Edo memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan persetubuhan yang luar biasa hebatnya yang belum pernah aku alami selama ini. Bahkan dengan Ki Alugoropun tidak sehebat ini, karena dengan Edo aku merasakan orgasme berkali-kali, sedang dengan Ki Alugoro cuma sekali. Dan walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Edo masih tetap saja kelihatan bugar. kontolnya pun masih tetap ngaceng dan berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk lubang tempikku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun kontol Edo masih tetap ngaceng bertahan. Inilah yang membuatku terkagum-kagum. Terus terang kuakui bahwa selama melakukan persetubuhan dengan suamiku, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu.

Sehingga, karena desakan birahi yang selalu datang tiap hari, dengan diam-diam aku masih menjalin hubungan dengan Edo tanpa sepengetahuan suamiku. Awalnya di suatu pagi Edo berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta kepadaku untuk mau disetubuhi.

Mulanya aku pura-pura ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi karena aku memang mengharapkan, akhirnya aku menyetujui permintaan tersebut. Apalagi kebetulan anakku juga lagi ke sekolah diantar pembantuku. Sehingga kubiarkan saja dia menyetubuhiku di rumahku sendiri.

Hubungan sembunyi-sembunyi itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri. Misalnya ketika kami bersetubuh secara terburu-buru di ruang tamu yang terbuka, kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Edo semakin berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Edo sering melakukan persetubuhan tanpa diketahui oleh suamiku. Pernah kami melakukan persetubuhan yang liar di luar rumah, yaitu di taman dibelakang rumah, sambil menatap awan-awan yang berarak, ternyata menimbulkan sensasi tersendiri dan kenikmatan yang ambooii.

�Mestinya pemerintah memperbolehkan rakyatnya melakukan persetubuhan di tempat terbuka, asal tidak terdapat unsur paksaan!� anganku saat itu.

Aku berpikir, kalau melakukan persetubuhan di tempat terbuka dengan disaksikan oleh orang lain, pasti lebih nikmat lagi deh!

Sampai di suatu hari, Edo membisikkan rencananya kepadaku bahwa ia ingin bercinta secara three in one, tetapi bukan satu cewek dua cowok, tetapi satu cowok dua cewek. Maksudnya dia minta aku melibatkan satu orang temen cewekku untuk bersetubuh bersama.

Mula-mula aku agak kaget dibuatnya, tetapi aku pikir-pikir boleh juga ya, hitung-hitung buat menambah pengalaman dalam bersetubuh.

�Wuih, pasti lebih seru nih� pikirku dalam hati sambil membayangkan kenikmatan di tempikku, apalagi sambil melihat juga Edo bersetubuh dengan cewek lain.
�Eh, tapi.. aku cemburu nggak ya? Tapi biarlah, ini kan suatu sensasi lain yang belum pernah kualami� pikirku lagi.

Aku malah menambahkan usul kepada Edo, bagaimana kalau dilakukan di taman belakang rumah, habis asik sih! Lagipula aku memang punya temen (namanya Lina) yang ketika aku ceritain soal pengalamanku dengan Ki Alugoro maupun dengan Edo, keliatannya dia bernafsu banget dan pengin ikut-ikutan menikmati, boleh secara three in one ataupun sendiri sendiri, katanya.

Soalnya kontol suaminya memang berukuran kecil dan pendek, apalagi suaminya sekarang lagi bertugas ke luar negeri dalam waktu yang lama, sehingga dia selalu kesepian di rumahnya yang besar itu.

Ketika hal itu aku katakan pada Edo, dia langsung setuju dan menanyakan kapan hal itu akan dilaksanakan?

Tentu saja aku jawab secepatnya. Keesokan harinya, sehabis berbelanja di salah satu mall aku mampir ke rumah Lina dan menceriterakan tentang rencanaku tersebut.

Tentu saja dia sangat setuju dan antusias sekali mendengarnya, tetapi dia mengajukan sebuah syarat, yaitu itu dilakukan di taman di tepi kolam renang di belakang rumahnya.
Share:

Kamis, 01 September 2011

Kusetubuhi Tanteku Sendiri (bag 1)

Cerita ini terjadi karena kepindahanku ke jakarta kerumah salah satu adik papa atau rumah tante. Tanteku sangat seksi dan menggairahkan. Hingga terjadi sebuah cerita dewasa menggairahkan antara aku dan tanteku sendiri.

Selasai mandi hari sudah hampir gelap. Di ruang keluarga Tante sedang duduk di sofa nonton TV sendiri.

�Senamnya di mana Tante ?� Aku coba membuka percakapan. Aku memberanikan diri duduk di sofa yang sama sebelah kanannya.
�Dekat, di Tebet Timur Dalam�. Malam ini Tante mengenakan daster pendek tak berlengan, ada kancing-kancing di tengahnya, dari atas ke bawah.
�Tumben, kamu tidur siang�
�Iya Tante, tadi main voli di situ� jawabku tangkas.
�Kamu suka main voli ?�
�Di Kampung saya sering olah-raga Tante� Aku mulai berani memandangnya langsung, dari dekat lagi. Ih, bahu dan lengan atasnya putih banget!
�Pantesan badanmu bagus� Senang juga aku dipuji Tanteku yang rupawan ini.
�Ah, Kalau ini mungkin saya dari kecil kerja keras di kebun, Tante� Wow, buah putih itu mengintip di antara kancing pertama dan kedua di tengah dasternya. Ada yang bergerak di celanaku.
�Kerja apa di kebun ?�
�Mengolah tanah, menanam, memupuk, panen� Buah dada itu rasanya mau meledak keluar.
�Apa saja yang kamu tanam ?� tanyanya lagi sambil mengubah posisi duduknya, menyilangkan sebelah kakinya.

Kancing terakhir daster itu sudah terlepas. Waktu sebelah pahanya menaiki pahanya yang lain, ujung kain daster itu tidak �ikut�, jadi 70 % paha Tante tersuguh di depan mataku. Putih licin. Yang tadi bergerak di celanaku, berangsur membesar.

�Macam-macam tergantung musimnya, Tante. Kentang, jagung, tomat� Hampir saja aku ketahuan mataku memelototi pahanya.
�Kalau kamu mau makan, duluan aja�
�Nanti aja Tante, nunggu Oom� Aku memang belum lapar. Adikku mungkin yang �lapar�
�Oom tadi nelepon ada acara makan malam sama tamu dari Singapur, pulangnya malam�
�Saya belum lapar� jawabku supaya aku tidak kehilangan momen yang bagus ini.
�Kamu betah di sini ?� Ia membungkuk memijit-mijit kakinya. Betisnya itu�
�Kerasan sekali, Tante. Cuman saya banyak waktu luang Tante, biasa kerja di kampung, sih. Kalau ada yang bisa saya bantu Tante, saya siap�
�Ya, kamu biasakan dulu di sini, nanti Tante kasih tugas�
�Kenapa kakinya Tante ?� Sekedar ada alasan buat menikmati betisnya.
�Pegel, tadi senamnya habis-habisan�

Di antara kancing daster yang satu dengan kancing lainnya terdapat �celah�. Ada yang sempit, ada yang lebar, ada yang tertutup. Celah pertama, lebar karena busungan dadanya, menyuguhkan bagian kanan atas buah dada kiri. Celah kedua memperlihatkan kutang bagian bawah. Celah ketiga rapat, celah keempat tak begitu lebar, ada perutnya. Celah berikutnya walaupun sempit tapi cukup membuatku tahu kalau celana dalam Tante warna merah jambu. Ke bawah lagi ada sedikit paha atas dan terakhir, ya yang kancingnya lepas tadi.

�Mau bantu Tante sekarang ?�
�Kapan saja saya siap�
�Betul ?�
�Kewajiban saya, Tante. Masa numpang di sini engga kerja apa-apa�
�Pijit kaki Tante, mau ?�
Hah ? Aku tak menyangka diberi tugas mendebarkan ini
�Biasanya sama Si Mar, tapi dia lagi engga ada�
�Tapi saya engga bisa mijit Tante, cuma sekali saya pernah mijit kaki teman yang keseleo karena main bola� Aku berharap ia jangan membatalkan perintahnya.
�Engga apa-apa. Tante ambil bantal dulu� Goyang pinggulnya itu�

Sekarang ia tengkurap di karpet. Hatiku bersorak. Aku mulai dari pergelangan kaki kirinya. Aah, halusnya kulit itu. Hampir seluruh tubuh Tante pernah kulihat, tapi baru inilah aku merasakan mulus kulitnya. Mataku ke betis lainnya mengamati bulu-bulu halus.

�Begini Tante, kurang keras engga ?�
�Cukup segitu aja, enak kok�

Tangan memijit, mata jelalatan. Lekukan pantat itu bulat menjulang, sampai di pinggang turun menukik, di punggung mendaki lagi. Indah. Kakinya sedikit membuka, memungkinkan mataku menerobos ke celah pahanya. Tanganku pindah ke betis kanannya aku menggeser dudukku ke tengah, dan..terobosan mataku ke celah paha sampai ke celana dalam merah jambu itu. Huuuh, sekarang aku betul-betul keras.

�Aah� teriaknya pelan ketika tanganku menjamah ke belakang lututnya.
�Maaf Tante�
�Engga apa-apa. Jangan di situ, sakit. Ke atas saja�
Ke Atas ? Berarti ke pahanya ? Apa tidak salah nih ? Jelas kok, perintahnya. Akupun ke paha belakangnya. Ampuuun, halusnya paha itu. Kulit Tante memang istimewa. Kalau ada lalat hinggap di paha itu, mungkin tergelincir karena licin! Aku mulai tak tenang. Nafas mulai tersengal, entah karena mijit atau terangsang, atau keduanya. Aku tak hanya memijit, terkadang mengelusnya, habis tak tahan. Tapi Tante diam saja. Kedua paha yang diluar, yang tak tertutup daster selesai kupijit. Entah karena aku sudah �tinggi� atau aku mulai nakal, tanganku terus ke atas menerobos dasternya.

�Eeeh� desahnya pelan. Hanya mendesah, tidak protes!

Kedua tanganku ada di paha kirinya terus memijit. Kenyal, padat. Tepi dasternya dengan sendirinya terangkat karena gerakan pijitanku. Kini seluruh paha kirinya terbuka gamblang, bahkan sebagian pantatnya yang melambung itu tampak. Pindah ke paha kanan aku tak ragu-ragu lagi menyingkap dasternya.

�Enak To, kamu pintar juga memijit�
Aku hampir saja berkomentar :�Paha Tante indah sekali�. Untung aku masih bisa menahan diri. Terus memijit, sekali-kali mengelus.
�Ke atas lagi To� suaranya jadi serak. Ini yang kuimpikan! Sudah lama aku ingin meremas pantat yang menonjol indah ke belakang itu, kini aku disuruh memijitnya! Dengan senang hati Tante!

Aku betul-betul meremas kedua gundukan itu, bukan memijit, dari luar daster tentunya. Dengan gemas malah! Keras dan padat. Ah, Tante. Tante tidak tahu dengan begini justru menyiksa saya! kataku dalam hati. Rasanya aku ingin menubruk, menindihkan kelaminku yang keras ini ke dua gundukan itu. Pasti lebih nikmat dibandingkan ketika memeluk tubuh mbak Mar dari belakang.

�Ih, geli To. Udah ah, jangan di situ terus� ujarnya menggelinjang kegelian. Barusan aku memang meremas pinggir pinggulnya, dengan sengaja!
�Cape, To ?� tanyanya lagi.
�Sama sekali engga, Tante� jawabku cepat, khawatir saat menyenangkan ini berakhir.
�Bener nih ? Kalau masih mau terus, sekarang punggung, ya ?�. Aha, �daerah jamahan� baru! Bahunya kanan dan kiri kupencet. �Eeh� desahnya pelan.

Turun ke sekitar kedua tulang belikat. Lagi-lagi melenguh. Daster tak berlengan ini menampakkan keteknya yang licin tak berbulu. Rajin bercukur, mungkin. Ah, di bawah ketek itu ada pinggiran buah putih. Dada busungnya tergencet, jadi buah itu �terbuang� ke samping. Nakalku kambuh. Ketika beroperasi di bawah belikat, tanganku bergerak ke samping. Jari-jariku menyentuh �tumpahan� buah itu. Tidak langsung sih, masih ada lapisan kain daster dan kutang, tapi kenyalnya buah itu terasa. Punggungnya sedikit berguncang, aku makin terangsang. Ke bawah lagi, aku menelusuri pinggangnya.

�Cukup, To..� Kedua tangannya lurus ke atas. Ia tengkurap total. Nafasnya terengah-engah.
�Depannya Tante ?� usulku nakal. Lancang benar kau To. Tante sampai menoleh melihatku, kaget barangkali atas usulku yang berani itu.
�Kaki depannya �kan belum Tante� aku cepat-cepat meralat usulku. Takut dikiranya aku ingin memijit �depannya punggung� yang artinya buah dada!
�Boleh aja kalau kamu engga cape�. Ya jelas engga dong! Tante berbalik terlentang. Sekejap aku sempat menangkap guncangan dadanya ketika ia berbalik. Wow! Guncangan tadi menunjukkan �eksistensi� kemolekkan buah dadanya! Aduuh, bagaimana aku bisa bertahan nih ? Tubuh molek terlentang dekat di depanku. Ia cepat menarik dasternya ke bawah, sebagai reaksi atas mataku yang menatap ujung celana dalamnya yang tiba-tiba terbuka, karena gerakan berbalik tadi. Silakan ditutup saja Tante, toh aku sudah tahu apa yang ada dibaliknya, rambut-rambut halus agak lurus, hitam, mengkilat, dan lebat. Lagi pula aku masih bisa menikmati �sisanya�: sepasang paha dan kaki indah! Aku mulai memijit tulang keringnya. Singkat saja karena aku ingin cepat-cepat sampai ke atas, ke paha.

Lutut aku lompati, takut kalau ia kesakitan, langsung ke atas lutut, kuremas dengan gemas.
�Iih, geli�. Aku tak peduli, terus meremas. Paha selesai, untuk mencapai paha atas aku ragu-ragu, disingkap atau jangan. Singkap ? Jangan! Ada akal, diurut saja. Mulai dari lutut tanganku mengurut ke atas, menerobos daster sampai pangkal paha.
�Aaaah, Tooo �.� Biar saja. Kulihat wajahnya, matanya terpejam. Aku makin bebas.

Dengan sendirinya tepi daster itu terangkat karena terdorong tanganku. Samar-samar ada bayangan hitam di celana dalam tipis itu. Jelas rambut-rambut itu. Ke bawah lagi, urut lagi ke atas. Aaah lagi. Dengan cara begini, sah-sah saja kalau jempol tanganku menyentuh selangkangannya. Sepertinya basah di sana. Ah masak. Coba ulangi lagi untuk meyakinkan. Urut lagi. Ya, betul, basah! Kenapa basah ? Ngompol ? Aku tidak mengerti.

�To �� panggilnya tiba-tiba. Aku memandangnya, kedua tanganku berhenti di pangkal pahanya. Matanya sayu menantang mataku, nafasnya memburu, dadanya naik-turun.
�Ya, Tante� mendadak suaraku serak. Dia tak menyahut, matanya tetap memandangiku, setengah tertutup. Ada apa nih ? Apakah Tante �.. ? Ah, mana mungkin. Kalau Tante terrangsang, mungkin saja, tapi kalau mengajak ? Jangan terlalu berharap, To! Aku meneruskan pekerjaanku. Kini tak memijit lagi, tapi menelusuri lengkungan pinggulnya yang indah itu, membelai. Habis tak tahan.
�Uuuuh� desahnya lagi menanggapi kenakalanku. Keterlaluan aku sekarang, kedua tanganku ada di balik dasternya, mengelus mengikuti lengkungan samping pinggul.
�Too �. � panggilnya lagi. Kulepas tanganku, kudekati wajahnya dengan merangkak di atas tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan telapak tanganku, tidak menindihnya.
�Ada apa, Tante� panggilku mesra. Mukaku sudah dekat dengan wajahnya.

Matanya kemudian terpejam, mulut setengah terbuka. Ini sih ajakan. Aku nekat, sudah kepalang, kucium bibir Tante perlahan.

�Ehhmmmm� Tante tidak menolak, bahkan menyambut ciumanku. Tangan kirinya memeluk punggungku dan tangan kanannya di belakang kepalaku. Nafasnya terdengar memburu. Aku tidak lagi bertumpu pada lututku, tubuhku menindih tubuhnya. Menekan. Ia membuka kakinya. Aku menggeser tubuhku sehingga tepat di antara pahanya yang baru saja ia buka. Kelaminku yang keras tepat menindih selangkangannya. Kutekan. Nikmatnya!

�Ehhhmmmmmm� reaksinya atas aksiku. Kami saling bermain lidah. Sedapnya! Aku terengah-engah. Dia tersengal-sengal. Tangan kananku meremas dada kirinya. Besar, padat, dan kenyal! Ooooohhhh, aku melayang.

He!, ini Tantemu, isteri Oommu!
Iya, benar. Memangnya kenapa.
Mengapa kamu cium, kamu remas dadanya.
Habis enak, dan ia tak menolak.

Dua kancing dasternya telah kulepas, tanganku menyusup ke balik kutangnya. Selain besar, padat, dan kenyal, ternyata juga halus dan hangat! Tiba-tiba Tante melepas ciumanku.

�Jangan di sini, To� katanya terputus-putus oleh nafasnya. Tanpa menjawab aku mengangkat tubuhnya, kubopong ia ke kamarnya. �Uuuuuhhh� lenguhnya lagi. �Ke kamarmu saja�

Sebelum sampai ke dipanku, Tante minta turun. Berdiri di samping dipan. Aku memeluknya, dia menahan dadaku. �Kunci dulu pintunya� Okey, beres. Kulepas seluruh kancingnya, dasternya jatuh ke lantai. Tinggal kutang dan celana dalam. Buah dada itu serasa mau meledak mendesak kutangnya! Kupeluk lagi dia. Dadanya merapat di dadaku.

�Tooo, hhehhhhhhh� katanya gemas seperti menahan sesuatu. Kami berciuman lagi. Main lidah lagi. Tangannya menyusup ke celanaku, meremas-remas kelaminku di balik celana.

�Eehhmmmmmm� dengusnya Dengan kesulitan ia membuka ikat pinggangku, membuka resleting celanaku, merogoh celana dalamku, dan mengeluarkan �isinya�

�Eehhh� Ia melepas ciuman, melihat ke bawah.
�Ada apa Tante� Tanyaku disela-sela dengus nafasku.
�Besar sekali� Ia mempermainkan penisku. Menggenggam, meremas. Geli, geliii sekali. Stop Tante, jangan sampai keluar. Aku ingin pengalaman baru, Tante. Ingin memasuki kelaminmu..sekarang! Kutarik tangannya dari penisku. Untung Tante menurut. Aku tak jadi �keluar�

Kulepas tali kutangnya, tapi yang belakang susah dilepas. Tante membantu. Buah dada itu terbuka. Wow.luar biasa indahnya. Belum sempat aku menikmat buah itu, Tante memelukku. Meraih tangan kananku, dituntunnya menyelip ke celana dalamnya. Dibawah rambut-rambut itu terasa basah. Diajarinya aku bagaimana jariku harus bermain di sana : menggesek-gesek antara benjolan dan pintu basah itu.

�Uuuuuuhhhhhh, Tooo..�

Dilepasnya bajuku, singletku, celanaku luar dalam. Aku telanjang bulat. Kutarik juga celana dalamnya. Ia telanjang bulat juga. Luar biasa. Pinggang itu ramping, perut itu rata, ke bawah melebar lengkungannya indah. Rambut-rambut halus itu menggemaskan, diapit oleh sepasang paha yang nyaris bulat. Seluruhnya dibalut kulit yang putih dan mulusnya bukan main!.

Ditariknya aku ke dipan. Ia merebahkan diri. Kakinya ditekuk lalu dibuka lebar. Dipegangnya kelaminku, ditariknya, ditempelkannya di selangkangan. Rasanya terlalu ke bawah. Ah, dia �kan yang lebih tahu. Aku nurut saja. Tangannya pindah ke pantatku. Ditariknya aku mendekat tubuhnya. Sesuatu yang hangat terasa di ujung penisku.

Tangannya memegang penisku lagi. Belum masuk ternyata. Disapu-sapukannya kepala penisku di pintu itu. Sementara ia menggoyang pantatnya. Geliii, Tante. Aku manut saja seperti kerbau dicucuk hidung. Memang belum pengalaman! Didorongnya lagi pantatku. Meleset!

Pernah kupikir waktu pertama kali aku melihat kelamin Tante beberapa hari lalu, mana cukup lubang sesempit itu menampung kelaminku yang lagi tegang ? Tante membuka pahanya lebih lebar lagi, mengarahkan penisku lagi, dan aku sekarang yang mendorong. Kepalanya sudah separoh tenggelam, tapi macet!

�Kelaminmu besar, sih!�keluhnya. Padahal barusan ia mengaguminya. Ia menggoyang pantatnya dan�bless. Masuk separoh.
�Aaaaahhh� teriak kami berbarengan. Terasa ada sesuatu yang menjepit penisku, hangat, enak! Pantatnya bergoyang lagi, tumitnya mendorong pantatku.
Blesss..masuk lagi. Makin hangat, makin sedap, dan geli. Goyang lagi, aku dorong sekarang. Masuk semuanya Seedaaaaaaaaap! Tante bergoyang. Nikmaaaaaaaat!

Tante menjepit. Geliiiiiiiiiiiiiiii!

Kutarik pelan. Terasa gesekan, enak. Ya, digesek begini enak. Tarik sedikit lagi, dan kudorong lagi.
�Idiiiiiiiiiiih, sedaaaaapp Too� Tante berteriak, agak keras.
Geli di ujung sana. Tariik, dorooong

Makin geli..

Geli sekali�

Tak tahaaaaaann�

�Tahan dulu, To�

Tak mungkin, sudah geli sekali.lalu..

Aku melambung, melayang, melepas..

�Aaaaaahhhhhhh� teriakku. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun.

Mengejang, melepas lagi, berdenyut, enak, melepas lagi, nikmat sekali..!

�Genjot lagi, To� teriaknya

Mana bisa.

�Ayo, To�

Aku sudah selesai!

Tante masih menggoyang

Aku ikut saja, pasif

�Tooooo, ..�

Tante gelisah, goyangnya tak kubalas. Aku sudah selesai!

�Eeeeeeeeehh� keluhnya, sepertinya kecewa.

Bergerak-gerak tak karuan, menendang, menggeliat, gelisah..

Penisku mulai menurun, di dalam sana.

Tante berangsur diam, lalu sama sekali diam, kecewa.

Tinggal aku yang bingung.

Beberapa menit yang lalu aku mengalami peristiwa yang luar biasa, yang baru kali ini aku melakukan. Baru kali ini pula aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan berhubungan kelamin.

Nikmatnya susah digambarkan.

Hubungan kelamin antara pria yang mulai menginjak dewasa dengan wanita dewasa muda.

Sama-sama diinginkan oleh keduanya.

Keduanya yang memulai.

Berdua pula yang melanjutkan, keterusan dan�kepuasan.

Kepuasan ? Aku memang puas sekali, tapi Tante ?

Itulah masalahnya sekarang.

Aku menangkap wajah kecewa pada Tante.

Perilakunya yang gelisah juga menandakan itu.

Aku jadi merasa bersalah. Aku egois.

Aku mendapatkan kenikmatan luar biasa sementara aku tak mampu memberi kepuasan kepada �lawan mainku�, Tante Yani.

Terlihat tadi, ia ingin terus sementara aku sudah selesai.

Aku bingung bagaimana mengatasi kebisuan ini.

Aku masih menindih tubuhnya. Penisku masih di dalam.

Buah dadanya masih terasa kencang mengganjal dadaku.

Pandangannya lurus ke atas melihat plafon.

Aku harus ambil inisiatif.

Kucium pipinya mesra, penuh perasaan.

�Maafkan saya, Tante�

Tante menoleh, tersenyum dan balas mencium pipiku.

Sementara aku agak lega, Tante tak marah.

�Kamu engga perlu minta maaf, To�

�Harus Tante, saya tadi nikmat sekali, sebaliknya Tante belum merasakan. Saya engga mampu, Tante. Saya belum pengalaman Tante. Baru kali ini saya melakukan itu�

�Betul ? Baru pertama kamu melakukan ?�

�Sungguh Tante�

�Engga apa-apa, To. Tante bisa mengerti. Kamu bukannya tidak mampu. Hanya karena belum biasa saja. Syukurlah kalau kamu tadi bisa menikmati�

�Nikmaaat sekali, Tante�

Tante diam lagi, mengelus-elus punggungku. Nyaman sekali aku seperti ini.

�To � panggilnya.

�Ya, Tante�

�Ini rahasia kita berdua saja ya ? Tante minta kamu jangan katakan hal ini pada siapapun�

�Tentu Tante, tadinya sayapun mau bilang begitu� Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Mendadak aku jadi cemas.

�Tante �

�Hhmm�

�Gimana kalau Tante nanti ..� Aku tak berani meneruskan.

�Nanti apa ?�

�Akibat perbuatan tadi, lalu Tante ..�

�Hamil ?� potongnya.

�Ya �

�Engga usah kamu pikirkan. Tante sudah jaga-jaga�

�Saya engga mengerti Tante�

�To, lain kali saja ya Tante jelasin. Sekarang Tante harus mandi, Oommu �kan sebentar lagi datang�

Ah, celaka. Sampai lupa waktu. Aku bangkit hendak mencabut.

�Pelan-pelan To� katanya sambil menyeringai, lalu matanya terpejam

�Eeeeeehhh� desahnya hampir tak terdengar, ketika aku mencabut kelaminku.

Kubantu ia mengenakan kutangnya. Buah dada itu belum sempat aku nikmati. Lain kali pasti!

�Tante � aku memanggil ketika ia sudah rapi kembali.

Kupeluk ia erat sekali, kubisikkan di dekat kupingnya

�Terima kasih, Tante� lalu kucium pipinya.

�Ya � jawabnya singkat.

�Sana mandi, cuci yang bersih niih� katanya lagi sambil menggenggam penisku waktu bilang �niih�

Ooohhh, nikmatnya hari ini aku.

Malam ini pertama kali aku ciuman dengan nikmat, pacaran sampai �keterusan�. Pertama kali penisku memasuki kelamin wanita. Pertama kali aku menumpahkan �air� ku ke dalam tubuh wanita, tidak ke perut atau ke lantai.

Lebih istimewa lagi, wanita itu adalah Tante Yani.

Wanita dengan tubuh yang luar biasa.

Bentuknya, potongannya, halusnya, padatnya, putihnya, bulunya�..

Padahal wanita itu sudah 26 tahun, sepuluh tahun di atas usiaku. Tapi lebih padat dari Si Ani yang 17 tahun, lebih manis dari Si Yuli yang sepantaranku, lebih indah dari Si Rika yang seumurku.

Yang masih mengganjal, wanita itu Tanteku, isteri Oom Ton. Ya, aku meniduri isteri Oomku! Aku mendapatkan pengalaman baru dari isterinya! Aku memperoleh kenikmatan dari meniduri isterinya. Isteri orang yang membiayai sekolahku, yang memberiku makan dan tempat tinggal!

Betapa jahatnya aku. Betapa kurangajarnya aku.

Aku sekarang jadi pengkhianat!

Mengkhianati adik misan ayahku!

Tapi, keliru kalau semua kesalahan ditimpakan kepadaku.

Siapa yang menyuruh memijat ?

Okey, seharusnya memijat saja, kenapa pakai mengelus ?

Pakai meremas pantat ? Habis, siapa yang tahan ? Aku masih 16 tahun, masih sangat muda, tapi sudah matang secara seksual, mudah terrangsang.

Tante sendiri, kenapa tidak menolak ? Bisa saja ia menempelengku ketika aku mau mencium bibirnya di karpet itu. Bisa saja ia menolak waktu aku membopongnya ke kamarku. Dan aku, bisa saja memberontak waktu ia merogoh celana dalamku, waktu ia menggenggam kelaminku dan diarahkan ke kelaminnya�.

Kesimpulannya : salah kami berdua!

Tapi, aku ingin mengulangi ���.!

***

Paginya, kami sarapan bertiga, Aku, Oom, dan Tante. Aku jadi tidak berani menatap mata Oom waktu kami berbicara. Mungkin karena ada perasaan bersalah. Sedangkan Tante, biasa-biasa saja. Sikapnya kepadaku wajar, seolah tak terjadi apa-apa. Tak ada pembicaraan penting waktu makan.

Tante bangkit menuangkan minuman buat Oom. Kupandangi tubuhnya. Aku jadi ingat peristiwa semalam. Rasanya aku tak percaya, tubuh yang ada di depanku ini, yang sekarang tertutup rapat, sudah pernah aku tiduri. Aku ngaceng lagi..

Susah sekali aku berkonsentrasi menerima pelajaran hari ini. Pikiranku ke rumah terus, ke Tante. Bagaimana ia �menuntunku� masuk. Bagaimana aku mulai belajar �menggesek�, terus keenakkan. Aku ingin lagi�!

Tante bagaimana ya, apakah ia ingin lagi ? Aku meragukannya, mengingat semalam ia tidak puas. Jangan-jangan ia kapok. Tadi pagi sikapnya biasa saja. Mestinya sedikit lebih mesra kepadaku. Memangnya kamu ini siapa.

Lebih baik begitu, wajar saja, �kan ada suaminya.

***

Dua hari kemudian ketika aku pulang sekolah, kulihat ada mobil Oom di garasi. Apakah Oom Ton tak ke kantor hari ini ? Atau jangan-jangan Oom tahu kalau aku ..

Ah, jangan berpikir begitu. Dua hari terakhir ini sikap Oom kepadaku tak ada perubahan apa-apa. Sikap Tante juga wajar-wajar saja. Justru aku yang kelimpungan. Bayangkan. Setiap hari ketemu Tante. Aku selalu membayangkan �dalam�-nya, walau pakaian Tante tertutup rapat. Lalu, terbayang, aku sudah pernah menjamah tubuh itu, dan terangsang lagi.

Selama dua hari ini aku betul-betul tersiksa. Terlihat paha Tante yang sedikit tersingkap saja, aku langsung �naik�. Ooh..! Aku ingin lagiiiiii.

Siang ini aku makan sendirian. Kamar Tante tertutup rapat. Oom pasti ada di dalam, mobilnya ada. Tante juga tentunya. Mungkin mereka sedang �? Siang-siang ? Biar saja, toh suami-isteri. Sekejap ada rasa tak nyaman. Tanteku sedang ditiduri suaminya�! Aku iri! Memangnya kamu siapa ?

Baru saja aku selesai menyantap sendok terakhir makananku, kemudian mengangkat gelas, ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka, Tante keluar, mengenakan baju tidur. Aku terpana. Tanganku yang sedang memegang gelas berhenti, belum sempat minum, terpesona oleh Tante dengan baju tidurnya. Kelihatan ia baru bangun tidur, melihatku.

�Sudah pulang, To�

�Udah dari tadi Tante�

Ia tutup pintu kamarnya kembali lalu mendekatiku, dan tiba-tiba mencium pipiku erat, lenganku merasakan lembutnya sesuatu yang menandakan Tante tak memakai kutang.

Hampir saja aku menumpahkan air minum karena kaget.

�Ada kabar gembira.�katanya berbisik. Sebelum aku berreaksi atas aksinya itu, Tante sudah beranjak ke belakang meninggalkanku.

Aku jadi penasaran. Penasaran pada benda lembut yang mendesak lenganku tadi, serta pada kabar gembira apa ?

Ketika Ia kembali lagi, aku berdiri untuk memuaskan rasa penasaran tadi.

Tante menempelkan telunjuknya ke mulut sambil matanya melirik ke kamar. Aku mengerti isyarat ini. Jangan ganggu, ada suaminya.

Sejam kemudian kulihat Oom Ton duduk di sofa ruang tengah bersama Tante. Oom Ton berpakaian rapi berdasi, seperti hendak ke kantor, sedangkan Tante mengenakan daster pendek tak berlengan berkancing tengah, daster kesukaanku. Terlihat segar, baru saja mandi, mungkin.

�Tarto� Oom Ton memanggilku.

�Ya, Oom�

�Oom mau ke Bandung, dua hari. Kamu jaga rumah ya ?�

Ini rupanya kabar gembira itu!

�Baik, Oom, kapan Oom berangkat ?�

�Sebentar lagi, jam tiga�

Dua hari Oom tak ada di rumah, tentunya dua malam juga. Dua malam aku menjaga rumah, bersama Tante.

Dua malam bersama Tante ? Bukan main!. Eit, jangan berharap dulu, ya. �Kan tadi Ia bilang kabar gembira ?

Kok kamu yakin kabar gembiranya Tante adalah karena Oom ke Bandung ? Jangan sok pasti ya!

Aku melirik Tante, Ia biasa-biasa saja.

Pak Dadan datang membawa tas di bahunya, masuk garasi menghidupkan mesin mobil.

�Papa berangkat ya, Ma�

�Ya, Pa, hati-hati di jalan, ya ?�

�Mama juga hati-hati di rumah�

Oom mencium pipi Tante, lalu menciumi Si Luki.

�Jaga baik-baik, ya To�

�Ya, Oom�

Seisi rumah mengantar Oom sampai depan pintu pagar, melambai sampai mobilnya berbelok ke jalan Tebet Timur Raya.

Semuanya masuk ke rumah kembali. Hatiku bersorak. Dadaku penuh berharap dan kepalaku penuh rencana.

Luki dibawa pengasuhnya ke rumah sebelah. Mbak meneruskan pekerjaannya di belakang. Aman. Tinggal aku dan Tante. Kuberanikan diriku. Kupeluk Tante dari belakang. Betul �kan, Tante tak memakai kutang. Wah, sudah lama sekali aku tak menyentuhnya.

Tante sedikit kaget, lalu berbalik membalas pelukanku. Cuma sebentar, melepaskan diri.

�Sabar, dong To�

�Tante �� Serak suaraku.

�Nanti malam saja �

Aha, rencana di kepalaku bisa terlaksana malam ini.

Kami duduk berdampingan di sofa, sedikit berjarak. Aku nonton TV, Tante membaca.

Aku tak tahan lagi, penisku sudah tegang dari tadi. Sekarang baru jam setengah empat sore. Berapa jam lagi aku mesti menunggu ? Oh, lama sekali.

Tante, tolonglah aku. Aku tak sanggup lagi menunggu.

Kulihat sekeliling meyakinkan situasi. Luki masih sama si Tinah di tetangga. Mbak Mar menyetrika di belakang. Aman!

Kupegang tangan Tante yang sedang ada di pahanya. Dengan begini aku bisa meremas-remas tangannya sambil merasakan lembutnya paha. Ia sesekali membalas remasanku, tetap membaca.

Ditariknya tangannya untuk membuka halaman buku bacaannya, tanganku �tertinggal� di pahanya. Kesempatan.

Kuusap lembut pahanya. Paha itu masih seperti yang kemarin, padat, kenyal, halus, berbulu lembut. Masih tetap membaca.

Aku makin berani, tanganku bergerak ke atas menyusup dasternya. Kuusap celana dalamnya. Nafasnya mulai terdengar meningkat �volume�nya.

Diletakkannya buku itu sambil menghela nafas panjang.

�To., kamu engga sabaran, ya ?� katanya sambil memegang tanganku di bawah sana.

�Maafkan saya Tante, saya.. saya ..engga kuat lagi Tante, saya ingin lagi, Tante� Kataku terputus-putus menahan birahi yang mendesak. Kelaminku juga mendesak.

�Masih sore, To�

�Tolonglah., Tante, saya membayangkan terus setiap ..hari� kataku setengah memohon. Aku yakin Tantepun sebenarnya telah terangsang, terlihat dari nafasnya dan aku merasakan basah di celananya. Aku sudah sampai pada titik yang tak mungkin surut kembali. Situasi sekeliling aman. Jadi, apa lagi selain berlanjut ?

�Saya mohon, Tante� kini aku betul-betul memohon.

Ditariknya tanganku dari paha, lalu dituntun ke dadanya. Permohonanku diterima.

Kuremas buah dada itu yang hanya ditutupi selembar kain daster.

�Eeeeeeehhh� desahnya.

Tiga hari lalu, waktu aku pertama kali meniduri Tante (memang baru pertama kali aku berhubungan sex), aku belum sempat menikmati buah dada ini. Waktu itu kami sudah sama-sama terangsang sehabis aku memijatnya. Aku baru sempat meremasnya, itupun dibalik kutang. Lalu ketika kutangnya sudah terbuka, Tante sudah keburu menuntun kelaminku memasukinya.

Sekaranglah kesempatan untuk menikmati dada itu.

Kubuka kancing dasternya, satu, dua, tiga.

Dada itu mengagumkan. Putih, besar, menonjol, bulat, bergerak maju mundur seirama nafasnya, putingnya kecil agak panjang tegak lurus ke depan berwarna merah jambu. Aku berlutut di depannya, kusingkirkan daster itu, kucium belahan dadanya yang seperti parit kecil di antara dua bukit. Halusnya buah itu dapat kurasakan di kedua belah pipiku.

Mulutku bergerak ke kiri, ke dada bagian atas, terus turun, kutelusuri permukaan bukit halus itu dengan bibir dan lidahku. Sementara tangan kananku mengusapi buah kirinya. Luar biasa, kulit itu haluuus sekali! Tangannya mengusap-usap belakang kepalaku. Penelusuranku berakhir di puncaknya. Kumasukkan putting itu kemulutku, kukemot.

�Aaaaaaaahhh� lenguhnya pelan sekali.

Tangannya menekan kepalaku.

Kukemot lagi, kuhisap, kupermainkan dengan lidahku, putting itu mengeras. Puting satunya lagi juga mengeras, terasa di antara telunjuk dan ibujari tangan kananku.

Ada kesamaan gerak antara mulut dan tangan kananku. Kalau mulutku mengulum puting, jari-jariku memilin puting sebelahnya. Bila bibir dan lidahku merambahi seluruh permukaan buah yang sangat halus itu, telapak tanganku merambah pula. Seluruh permukaan dada itu demikian halus, sehingga ada sedikit yang tak halus di sebelah puting agak ke bawah menarik perhatianku.

Kulepaskan muluku dari dadanya, ingin memeriksa. Di sebelah puting dada kiri Tante ada bercak merah. Kuperhatikan dan kuraba. Seperti bekas gigitan. Oh. Aku ingat tadi siang waktu makan. Ini pasti �hasil kerja� Oom Ton di kamar yang terkunci tadi..

Akupun ingin. Betapa enaknya menggigit buah kenyal ini.

Dada kanan bagianku. Kucium puting itu kembali, geser sedikit, aku mulai menggigit.

Tiba-tiba Tante mendorong kepalaku.

�Jangan, To. Kamu..mikir, dong� katanya sambil terengah-engah. Ah, bodohnya aku. Kalau kugigit tentu nanti berbekas, jelas pemilik sahnya, Oom Ton, akan curiga!
�Maafkan saya Tante, habis gemas sih.�
�Yahhh.engga apa-apa. Kamu harus ingat, ini rahasia kita saja�

Dipegangnya dadanya sendiri lalu disodorkannya ke mulutku. Gantian, sekarang dada kiri dengan mulutku, yang kanan dengan tangan kiriku�.

Sudah saatnya untuk pindah ke kamar.

Aku bangkit berdiri. Tante masih tergolek duduk. Kancing tengah dasternya sudah semuanya terlepas, menyibak kesamping, tinggal celana dalamnya saja. Dada itu rasanya makin besar saja.

Kutarik kedua tangan Tante, tapi ia melepaskannya. Dibukanya gesperku, lalu kancing celanaku, dan ditariknya resleting dan celana dalamku. Penisku yang tegang itu keluar dengan gagahnya persis di depan mukanya.

�Uuuuuuuuuhhhh� Tante melenguh pelan memegang kelaminku, dielusnya.
�Kok besar sekali sih To, punyamu ini� Kuraih badannya, kubimbing ia ke kamarku sambil masih memegang senjataku, tertatih-tatih kami berdua.

Kukunci pintu kamarku, kurebahkan Tante perlahan di dipanku, kulucuti pakaianku, dengan bertelanjang bulat kudekati Tante.

Dengan perlahan kupelorotkan celana merah jambu itu. Kembali aku bertemu dengan rambut halus hitam mengkilat itu. Ada cairan bening di sana. Kutindih tubuhnya lalu kakinya menjepit tubuhku. Kamipun berciuman, saling menggigit lidah. Lalu akupun tak tahan lagi.

Aku bangkit. Kubuka kakinya lebar. Lubang sempit itu terbuka sedikit, merah. Sekarang aku tak perlu dituntun lagi. Aku sudah tahu. Kutempelkan kepala penisku ke lubang sempit itu, lalu kudorong hati-hati.

�Aaaaaaaaaaahhhhh, To, sedaaaaaap�

Kepalanya sudah masuk. Nikmaaaaaaaaaat!

Aku heran, lubang sesempit itu bisa �menelan� kepala penis besarku. Kenapa kupikirkan ? Yang penting enak.

Sambil memegangi kedua belah dadanya, aku mendorong lagi. Enak-enak geli atau geli-geli enak. Entah mana yang benar. Kudorong lagi, Aaah lagi, enak lagi, geli lagi.

Lagi kudorong, sampai habis, sampai mentok.

�Idiiiiiiiiiiiiih, Toooo, enak sekali�

Nyaman, sudah didalam seluruhnya.

Pinggul Tante mulai berputar. Aku tahu tugasku, menarik dan mendorong. Mulut Tante mengeluarkan bunyi-bunyian setiap aku mendorong. Melenguh, mendesah, kadang menjerit kecil, atau kata-kata yang tak bermakna.

Kejadian tiga hari lalu berulang. Baru beberapa kali �tusuk� aku sudah merasakan geli luar biasa. Nampaknya aku tak mampu menahan lagi. Ah, kenapa begini ? Aku tak bisa tahan lama. Aku cemas jangan-jangan Tante nanti kecewa lagi. Tapi bagaimana lagi, aku sudah hampir tiba di puncak.

Aku coba berhenti bergerak sambil menahan agar jangan sampai keluar dulu, persis kalau aku menahan kencing. Tapi begitu aku diam, pantat Tante langsung berputar. Seluruh bagian tubuh yang di dalam sana memeras-meras kelaminku. Oh, aku tak akan berhasil menahan diri. Langsung saja aku bergerak lagi, makin cepat malah. Ocehan Tantepun makin ngawur.

Aku jadi cepat, makin cepat dan semakin cepat, lalu ��. badanku bergetar hebat, mengejang, berulang, memuntahkan, mengejang lagi, muntah lagi�

Tante berhenti berputar, lalu menjepit kakiku, menerima pelepasanku. Rasanya aku mengeluarkan banyak sekali. Lalu akupun ambruk di atas tubuh Tante.

Aku selesai. Selesai menggetar, selesai mengejang, selesai melepas, selesai semuanya. Tanteku selesai terpaksa. Aku yakin ia kecewa lagi.

�Tante, gimana Tante, saya engga bisa menahan lagi ��
�Hmmm, To�
�Maafkan lagi saya, Tante. Saya gagal�
�Sudahlah, To�
�Saya hanya memuaskan diri sendiri�
�Tante bilang sudahlah, kamu lumayan tadi�
�Lumayan gimana Tante ?�
�Ada kemajuan dibanding yang lalu. Tante merasa enak, tadi�
�Tante bohong! Tante cuma menghibur saya�
�Benar, To. Memang Tante merasa belum �tuntas�, tapi kocokanmu tadi bisa Tante nikmati�. Aku agak tenteram.
�Ini karena kamu belum biasa, To. Tante yakin, lama-lama kamu akan mampu. Barangmu kerasnya luar biasa�
�Gimana caranya supaya saya bisa lama, Tante ?�
�Nanti kamu akan tahu sendiri�
�Ajarin saya ya, Tante� Tante tak menjawab. Akupun berdiam diri. Lama kami berdua membisu. Tante melihat jam, pukul empat sore, lalu bangkit mencari-cari pakaiannya yang berserakan.

�Tante mandi dulu, ya ?�

Aku membantunya berpakaian.

Merapikan karet celana dalamnya, mengkaitkan kutangnya, mengancingkan dasternya. Ada sesuatu yang lain kurasakan. Aku merasa demikian �mesra� membantunya berpakaian. Aku serasa membantu isteriku!

Ya, barusan aku merasa meniduri isteriku. Kupeluk Tante erat sekali, agak lama. Lalu kucium pipinya dalam-dalam.

�Tante�
�Apa, To ?�
�Tarto sayang Tante� kataku tiba-tiba. Dipandangnya mataku lurus-lurus.
�Apa maksudmu To�
�Engga tahu Tante, pokoknya saya sayang sama Tante. Tante jangan kapok, ya ? Tarto ingin kita terus begini�
�Oh, itu maksudmu. Asal kamu bisa jaga rahasia�
�Bisa, Tante�
�Juga harus hati-hati�
�Iya,Tante� Tanpa kusadari, penisku bangun lagi.
�Sudah, mandi sana� Tante ke luar kamarku

***

Malam itu aku nonton TV sendirian. Tante ada di kamarnya, tertutup. Aku kesepian. Aku mengharapkan Tante akan ke luar dari kamar menemaniku di sini. Kemudian aku mendekatinya, lalu ciuman, raba-raba, dan �diakhiri dengan hubungan suami-isteri.

Heran aku, baru tadi sore aku dipuaskan oleh Tante di kamarku, malam ini aku ingin lagi! Aku ingin kenikmatan itu lagi. Aku tetap menunggu.

Jam 9 malam. Tante belum juga muncul.

Pukul 9.30, tidak juga.

Kemarilah Tante, aku merindukanmu.

Malam ini adalah malam pertama Oom tak ada di rumah. Ayolah Tante, ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan.

Atau kuketuk saja pintunya, lalu aku masuk ?

Ah jangan. Itu kurang ajar, namanya.

Tubuh indah itu sendirian di kamar.

Buah dada putih itu tak ada yang mengelusnya.

Kelamin berambut halus itu tak ada yang memasukinya malam ini.

Kenapa engkau tidak ke luar ?

Barangkali Tante memang tidak membutuhkannya. Paling tidak malam ini.

Ya, kalau ia butuh tentunya akan mendekatiku.

Jam 10, belum ada tanda-tanda.

Aku putuskan, malam ini memang Tante tak mau diganggu. Biar sajalah. Toh besok siang, sore, atau malam masih ada kesempatan. Oom Ton menginap di Bandung dua malam. Yah, besok sajalah.

Tapi aku ingin malam ini!

Aku ingin malam ini kelaminku masuk dan kemudian mengeluarkan cairan dengan nikmat!

Kemudian aku mengeluarkan penisku yang sudah tegang itu. Kata Tante punyaku ini besar. Entah benar-benar besar, aku tak tahu. Sebab aku belum pernah lihat punya orang lain.

Karena tidak ada Oom Ton, aku jadi makin berani menggoda Tanteku. Seperti waktu sarapan tadi. Aku mengelus-elus bahu dan lengan atasnya yang terbuka di meja makan. Bahkan mencium pipinya.

�Hati-hati, To�
�Ya, Tante, Kan saya lihat-lihat keadaan dulu�
�Mar ada di belakang� katanya.
�Tante�
�Ehm ?�
�Tarto sayang Tante�
�Aku udah ada yang punya, To� katanya sambil mencubit pahaku. Aku senang.
�Ya. Pokoknya saya sayang� Jangan-jangan aku jatuh cinta benar-benar sama Tanteku ini.
�Semalam Tante ke mana. Saya tunggu-tunggu�
�Ya. Tante tahu, kamu nonton TV. Kamu masuk kamar jam 10 �kan ? Masa� mau terus-terusan�. Aku lega, Tante tak tahu perbuatanku semalam yang menyelinap ke kamar Mbak Mar.
�Iya dong. Mumpung ada kesempatan. Sekarang juga saya mau� kataku nakal.
�Gila, kamu To. Awas jangan sampai mengganggu sekolahmu!�
�Habis Tante betul-betul menggemaskan� Aku ngaceng lagi!
�Udah ah, berangkat sana, nanti telat�
�Tapi nanti lagi ya Tante, janji dulu�
�Lihat dulu nanti�

Bagaimana tidak mengganggu sekolah, seharian aku ingat Tante terus. Membayangkan apa yang akan kuperbuat nanti bersama Tante


Share: